iklan

0

Kemenangan Hamas di pemilu Palestina tahun 2006 bukan peristiwa biasa. Ia bukan sekadar fenomena kemenangan partai politik dalam pertempuran politik dan memperebutkan kursi dewan perwakilan, namun ia diyakini sebagai kemenangan proyek dan cita-cita perlawanan atas proyek “perundingan damai”. Artinya, dalam pemilu itu, rakyat Palestina secara mayoritas telah mendukung proyek jalan perlawanan ketimbang jalan perundingan damai dengan penjajah.

Hamas Dipaksa Masuk Pemerintahan

Otoritas Palestina pimpinan Mahmud Abbas telah berubah menjadi alat keamanan dan mata-mata bagi penjajah Israel serta menjadi satpam bagi pemukiman Yahudi. Otoritas Palestina dan Israel membuat kerjasama dalam bentuk koordinasi keamanan. Ringkas kata, Otoritas Palestina berubah visi sebagai penghianat bangsa Palestina. Sebab keamanan Otoritas Palestina lah yang menangkapi, mengejar, memburu dan menyiksa kelompok pejuang perlawanan Palestina.

Saat itulah, Hamas memutuskan diri mengubah Otoritas Palestina dari intansi keamanan mengekor kepada penjajah Israel menjadi instansi politik, keamanan, sosial, yang melayani dan membela rakyat serta perlawanan, serta menghadang proyek perundingan.

“Perlawanan” menang dalam pemilu legislatif Palestina. Kemenangan ini sebagai deklarasi jelas dari mayoritas Palestina dengan dukungan perlawanan. Hamas yang memperoleh suara mayoritas membentuk pemerintah Palestina ke-10. Namun musuh-musuh Hamas tidak tertarik dengan kemenangan ini.

Konspirasi pun dilancarkan. Banyak negara menolak berinteraksi dengan pemerintah bentukan Hamas hanya karena alasan gerakan ini masuk dalam daftar organisasi “teroris”. Mereka kemudian mengisolasinya dari sisi politik dan pendanaan.

Sejumlah personel Mahmud Abbas dan elit gembong Mahmud Dahlan berusaha memicu konflik dan ingin menghabisi elit Hamas dan menangkap mereka. Mereka mengintimidasi warga Palestina, mengebarkan isu miring soal Hamas, dan berusaha mengkudeta pemerintah Hamas. Tak pilihan bagi Hamas, kecuali menerapkan “kekuasaan militer” di Jalur Gaza.

Hamas memenang pemerintah Palestina sendirian di Jalur Gaza. Meski pihak lain menawarkan jadi partner. Sementara Otoritas Palestina pimpinan Abbas yang berpusat di Ramallah membentuk pemerintahan tandingan. Hamas mengkombinasikan antara perlawanan dan melayani rakyat. Sebuah model baru dalam pemerintahan Palestina.

Menjaga Perlawanan

Pemerintah bentukan Hamas menjaga perlawanan, melegalkan eksistensinya dan memberikan kewenangan seluas-luasnya dalam bekerja dan bergerak serta mengembangkan kemampuannya. Mereka menjadi kelompok pejuang yang diamankan oleh pemerintah setelah sebelumnya bekerja di bawah tanah.

Bagi Hamas, “perlawanan atas penjajah” adalah prinsip dalam isu Palestina karena ia akan menjaga prinsip-prinsip dasar lainnya. Terbukti mereka yang pernah mengorbankan perlawanan akhirnya melepaskan prinsip “hak kembali pengungsi”, Al-Quds, dan pembebasan seluruh wilayah Palestina. Prinsip “perlawanan” inilah yang kemudian secara resmi masuk dalam kurikulum generasi Palestina, di masjid-masjid, lembaga-lembaga.

Keamanan dan Stabilitas Gaza

Pemerintah Hamas di Jalur Gaza berhasil mewujudkan keamanan dan stabilitas setelah sebelumnya banyak kejahatan dan kerusuhan. Termasuk masalah penyelundupan ganja, pemalsuan uang dan lain-lain. Hamas juga berhasil merehabilitasi penjahat pidana dengan pendekatan psikologi dan sosial untuk di kembalikan ke masyarakat Palestina. Mereka juga berhasil menangkap sejumlah mata-mata Israel. Jika tidak besar tingkat kejahatannya, mereka dikembalikan ke pangkuan masyarakat Palestina.

Pembebasan Tawanan

Dalam operasi “tipuan menghancurkan” di tahun 2006, Hamas berhasil menyandera seorang serdadu Gilad Shalit dalam waktu cukup lama. Ia kemudian ditukar dengan 1027 tawanan Palestina. Sebuah momen yang sangat dirindukan oleh keluarga Palestina.

Sebelum pemerintah berakhir sebagai bentuk hasil kesepakatan rekonsiliasi Palestina, Hamas berhasil menawan satu serdadu Israel lagi yakni Shaul Aron dalam perang terakhir dengan Israel di Jalur Gaza. Ini menandakan bahwa masalah tawanan Palestina adalah masalah inti perjuangan Hamas.

Membina Generasi Nasionalis Islam

Pemerintah Hamas dikenal dengan sangat peduli dengan generasi anak-anak Palestina. Hamas mencetak generasi mukmin dengan spirit perlawanan yang menjadi bagian dari hidup, gerak-gerik dan cita-citanya. Pemerintah Hamas yang mengadakan “mukhoyyam futuwwah” yang diorganisir oleh Kementerian Dalam Negeri dengan tujuan mengajarkan anak-anak dan remaja permainan dan seni pertempuran, parade militer, organisasi, kedispilinan, dan permainan halang rintang dan panjat tebing dengan tema “meraih cita-cita pembebasan Palestina”.

Kementerian wakaf juga memprogram hafalan Al-Quran. Ribuan angkatan penghafal Al-Quran berhasil dicetak. Masyarakat pun semakin semangat memperjuangkan Islam dan Palestina.

Meski Jalur Gaza diblokade, Hamas tetap berhasil memerintah. Meski diagresi dua kali dalam tingkat yang massif, Hamas berhasil menjalankan tugasnya dan tidak bertekuk lutut kepada Israel. Sayang, di luar sana, banyak orang yang tidak tahu tentang Hamas.

(Wisham Muhammad)

Posting Komentar Blogger

 
Top