Tahun ini (akhir 2013), hadiah istimewa dari Allah adalah DIA melembutkan hati keluarga saya. Membuat saya dan kakak-kakak saya bisa bercengkrama akrab kembali.
semoga kemesraan ini tetap hangat untuk selanjutnya. Sebagai seorang anak yang lahir dari keluarga non muslim, selama sepuluh tahun terakhir saya seperti kehilangan kehangatan keluarga saya.
Sangat bisa dimaklumi. Sebagai keluarga yang juga merupakan pemuka agama, tentunya tidak mudah menerima anak kandungnya memilih untuk berbeda kenyakinan dengan orang tuanya. Uniknya keluarga saya meskipun non muslim juga melarang makan babi, tidak merayakan natal, tidak ke gereja pada hari minggu melainkan sabtu yaitu hari sabat.
Keluarga saya, menurut beberapa info dari anggota data juga cerita keluarga masih memiliki keturunan yahudi nasrani. Seiring waktu perubahan kenyakinan sebagai keluarga kristen berubah menjadi keluarga Nasrani. Ini perubahan yang mengejutkan bagi saya. Karena saya mendapat cerita berbeda dari kakak-kakak saya.
Menurut seorang kakak laki-laki saya, Iman sebagai kristiani dan sebagai nasrani adalah dua hal yang berbeda.Keluarga saya yakin bahwa yahudi dan kekristenan dua hal yang berbeda. Yahudi sendiri menurut kakak kandung saya yang bernama Rico ini dibagi menjadi beberapa golongan. ada yahudi persia (Iran), Yahudi Illuminati (Qabbalah), Yahudi Nasrani, Yahudi Mesianic dan sebagainya. Agak puyeng juga mendengarkan penjelasannya, tapi saya coba menyimak.
Menurut kakak saya itu, banyak orang kristen tidak paham bahwa nasrani dan kristen adalah dua hal berbeda. Keluarga saya paham betul bahwa Yesus Kristus tidak lahir pada 25 Desember. 25 Desember tidak lebih upacaya pemujaan kaum pagan. Uniknya, ada tradisi baru di keluarga saya yang menyakini kenyakinan nasrani. Yaitu mereka tidak ikut merayakan Natal pada tanggal 25 Desember.
Lebih dalam kakak saya Rico bilang, banyak budaya kebiadaban pagan kini diperingati orang kristen layaknya ibadah sakral. contoh Pohon natal. Memasang pohon natal untuk memperingati kelahiran Yesus adalah hal yang tidak ada dalam ajaran Nasrani. Memperingati Sinterklas juga bukan hal yang diajarkan oleh Yesus Kristur.
“Apa yang tidak diajarkan oleh kitab suci Taurat tidak boleh kita ikuti,” jelas kakak saya tersebut.
Kakak saya juga menjelaskan tentang perayaan umat kristen lainnya yaitu Paskah. Dimana, paskah adalah perayaan tentang hari kebangkitan Yesus Kristus setelah mati disalibkan. Yesus sendiri menurut kenyakinan mereka disalib pada hari Jum’at
“anehkan hari kematiannya dirayakan juga sebagai hari jum’at agung, padahal seharusnya itu hari duka,” tambah kakak saya.
Lebih dari itu kakak saya menjelaskan bahwa, perayaan jum’at agung yang diyakini sebagai hari kematian Yesus di salib sebenarnya hari pembantaian kaum oleh para kaum pagan. Anehnya, banyak orang nasrani justru memperingati ini di gereja-gereja.
“Anak-anak di gereja dibiasakan dengan perlombaan mencari telor. telornya di cat merah. Jum’at agung pada dasarnya memperingati hari pembantaian kaum pagan. Dimana telor warna merah menyimbolkan darah-darah dari hasil pembantaian itu,” jelas kakak sulung saya itu kepada saya.
Banyak hal menarik yang saya dapat dalam acara reuni keluarga besar saya yang notabene non muslim ini. Selain pada akhirnya mau menerima saya sebagai muslim, saya juga menemukan banyak pemikiran yang berbeda dari keluarga yang menolak disebut kristiani ini. Kini mereka lebih ingin dikenal sebagai seorang nasrani. Apapun itu, bagi saya itu hak pribadi mereka. Sama seperti hak saya menyakini diri sebagai seorang muslim.
Dan tahun ini tahun yang benar-benar istimewa. Selain bisa berkumpul dengan keluarga saya, saya juga memutuskan untuk final dalam pencarian saya akan kebenaran. saya memilih menihilkan semua apa yang telah saya pelajari sebagai seorang kristen sejak kecil, sebagai seorang atheis sejak kelas satu SMA hingga mempelajari islam selama 10 tahun lamanya.
Menjadi orang biasa itu indah sekali. Dan tahun ini, saya dulu sering canggung ketika sadar bahwa kami adalah keturunan yahudi. Meskipun sering muncul pertanyaan dalam hati saya “ini serius ngak sih?”, entahlah….
sampai semalam (2/1/2014) saya bertemu keluarga saya dalam silahturahim keluarga besar kami yang merupakan keturunan Belanda – Menado. Kakak saya bilang, kita sebagai seorang nasrani tidak menyakini Yesus sebagai Tuhan, Yesus hanya utusan dari Tuhan.
“Tuhan kita Yahwe,” jelas kakak saya memaparkan apa yang diyakini keluarga saya saat ini.
Menurut kakak saya, keluarga juga menolak menyebut Yahwe dengan sebuah Allah, karena kata Allah itu nama privasi. Persis seperti nama Yahwe. Allah adalah Tuhannya orang-orang muslim. Kita menghormati mereka seperti mereka menghormati kita. Memang seperti itulah seharusnya kita saling menghormati.
Bahkan untuk memperjuangkan kenyakinannya itu, iapun dikeluarkan dari sebuah gereja besar di Jakarta. Kakak saya lebih memilih menyebut nama tuhannya dengan sebutan Yahwe. Bukan semata sebagai bentuk implementasi ibadah sebagai seorang Yahudi Nasrani. Lebih dari itu, ia ingin menunjukkan sikap toleransi dan penghormatannya kepada umat yang berbeda kenyakinan, yaitu kaum muslimin.
“Bodoh sekali seorang muslim yang ikut mengucapkan selamat natal, padahal kita sendiri menyakini perayaan natal itu budaya pagan dan tidak benar,” jelas kakak saya Rico Elton John Gosal.
Malam itu, saya datang dengan istri saya, istri saya menggunakan cadarnya. Keluarga menerima, tertawa bersama. anak-anak bermain dengan keponakan. Lalu uang ibu saya kurang buat beli sate.
“Tin, tambahin uang mama ya buat beli sate, bokek karena habis buat beli makanan, tamu selama december sangat banyak,” jelas mama saya, hingga akhirnya istri saya begitu bahagia bisa membelikan sate ayam untuk satu keluarga yang menurut kakek saya memiliki garis keturunan dari Israel.
Saya sadar sebagai seorang asli Manado, yang dilahirkan di Makassar dan katanya memiliki darah Yahudi. Pada akhirnya saya sulit untuk menjadi orang lain, selain harus tampil apa adanya. Jika memang begitu adanya, biarlah itu menjadi takdir Allah yang harus saya syukur.
Walau pada kondisi yang sama, saya pernah mendengarkan kecurigaan, olok-olok terhadap diri saya hanya karena hal itu.
Sampai didalam diri saya berbisik. Jika anda punya masalah dengan keyahudian saya, silahkan berhentilah berteman dengan saya. Namun, jikapun benar saya keturunan Yahudi. saya tetap yakin bahwa tiada Tuhan lain yang layak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah.
Bahwa keluarga saya menyembah Yahwe. Selama mereka tidak mengganggu privasi kenyakinan saya, saya tidak pernah punya masalah. saya sayang keluarga saya. Thanks Allah. untuk semua penghiburan dan kekuatan. untuk semua pelajaran selama perjalanan pencarian kebenaran ini.
Tidak hentinya saya memanjatkan doa kepada Allah untuk keluarga saya. Semoga hidayah Allah beserta mereka.
Amin.
Hamba Allah Yang Lemah
Thufail Al Ghifari
[sumber : *http://zilzaal.blogspot.com/2014/01/catatan-sederhana-dari-seorang.html]