iklan

0

Sahabatku yang powerful, apa kabar bahagia Anda hari ini?
Semoga keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian senantiasa tercurahkan kepada Anda.
Tulisan saya kali ini KHUSUS bagi mereka yang merasa BUKAN SIAPA-SIAPA, TIDAK PUNYA APA-APA, TIDAK TAHU INGIN BERBUAT APA. Apakah Anda termasuk di dalamnya, sahabat-sahabatku yang powerful? Jika Anda menjawab: “ya”, Mari segera kita mulai!

Ketika sedang asyik online di fb, ada seorang teman yang ngechat saya: “Pak Edi, apa yang bisa aku lakukan dengan kondisi yang tidak punya apa-apa untuk bisa sukses di masa depan?" Membaca pertanyaan tersebut, saya hentikan aktivitas chating dan termenung sebentar. “Apa yang masih bisa dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki apa pun dan siapa pun?” Di sisi lain banyak orang yang bergelar panjang, memiliki banyak ijazah dan multi skill juga tidak berdaya untuk menciptakan kehidupan yang besar dan berpengaruh? Kedua kondisi yang paradoks tersebut terus menggema dalam benak saya, sampai akhirnya saya tersadar: “bukankah dulu saya juga tidak berdaya/unpowerful (DO 2 kali, menganggur, miskin dan terbuang dari keluarga), namun 5 tahun kemudian diizinkan menjadi insan powerful (menjadi seorang pebisnis, motivator, penulis, ayah 3 anak yang sehat dan cerdas dan suami dari seorang istri yang cantik & pintar). Alhamdulillah, Thanks God, Matur nuwun Gusti.

Setelah cukup merenung, terbersit sebuah jawaban sebagai berikut: “kesuksesan tidak dibangun dari KEPEMILIKAN SKILL. Ia dibangun dari PENGGUNAAN SKILL”. Hal ini saya rumuskan sebagai: 
SKILL NOTHING WITHOUT SIKIL”

"SKILL NOTHING WITHOUT SIKIL”
Jika Anda masih berpikir bukan siapa-siapa dan tidak punya apa pun atau siapa pun, jangan pernah lupa bahwa Anda masih dianugerahi dengan nafas dan tubuh. Dengan nafas dan tubuh tersebut, Anda masih bisa melakukan apa pun. Ingat kembali, yang menjadi pondasi dari bangunan kesuksesan adalah BISA MELAKUKAN APA PUN, bukan MEMILIKI APA PUN. Oleh karena itu gunakan nafas dan tubuh Anda untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan solusi atas persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat sekitar Anda sampai masyarakat di seluruh dunia. Apa yang Anda lakukan itu akan menarik apa pun yang ingin Anda miliki.


Anda masih berdalih tidak mempunyai apa-apa? Tubuh dan nafas, keduanya adalah modal yang paling berharga. Tubuh tanpa nafas akan menjadi mayat. Nafas tanpa tubuh akan menjadi arwah gentayangan. Mereka yang memiliki apa pun, jika sudah kehilangan salah satu dari keduanya, semua kepemilikannya akan tidak berarti. Sungguh, Anda telah memiliki modal yang sangat bearti, mahal dan berharga. Gunakan tubuh dan nafas yang masih Anda miliki, karena apa yang Anda gunakan akan berkembang, apa yang Anda abaikan akan menyusut. Nilai keberhargaan nafas dan tubuh Anda terletak pada penggunaannya.

Mari kita kupas penggunaan 2 aset berharga kita: Nafas dan tubuh! Penggunaan tubuh dan nafas secara efektif tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan (bukan sekolah) yang kita jalani. Saya membagi pendidikan ke dalam 2 kategori, yaitu: pendidikan formal (universitas formal) dan pendidikan nonformal (universitas kehidupan). Keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas. Dalam universitas formal, pelajaran diberikan terlebih dulu baru diberikan ujian sehingga jangan heran jika banyak mahasiswa yang mendapatkan nilai A. Sedangkan pada universitas kehidupan urutannya dibalik, ujian diberikan terlebih dulu untuk mendapatkan pelajarannya, sehingga banyak diantara kita yang mendapat nilai D atau E. Perbedaan yang lain adalah, kalau di universitas kehidupan waktu belajarnya terbatas dari SD-S3 dan berangkat dari teori menuju ke praktik. Waktu belajar di universitas kehidupan tanpa batas dari lahir sampai mati dan berangkat dari praktik ke perumusan teori.

Mana yang Anda pilih sahabatku yang powerful? Jadikan pendidikan di universitas kehidupan sebagai menu wajib Anda, sedangkan universitas formal sebagai menu tambahan (jika Anda memiliki cukup uang untuk kuliah sampai tingkat doktoral).

Apa yang dihasilkan oleh kedua universitas tersebut? Universitas formal menghasilkan akumulasi knowledge dalam bentuk ijazah, gelar, dan jabatan. Universitas kehidupan menghasilkan akumulasi wisdom dalam bentuk keterampilan hidup (life skill), seni berelasi & bersinergi. Akumulasi pengetahuan sebagai output dari universitas formal yang TIDAK DIGUNAKAN melahirkan para pecundang yang terus menyesaki bumi. Inilah jawaban mengapa mereka yang bersekolah tinggi (bukan berpendidikan tinggi), lulusan universitas ternama, bergelar mentereng hidup tidak berdaya. Sebab pengetahuannya TIDAK DIGUNAKAN. Ingat ya, knowledge is POTENTIAL power. Jadi, belum jadi power kalau belum digunakan.

Sebaliknya mereka yang menempuh pendidikan tinggi di universitas kehidupan, meski berpendidikan formal rendah setingkat SD-SMA mampu menciptakan kehidupan besar yang penting dan berpengaruh luas karena MENGGUNAKAN pengetahuannya yang sedikit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menyelesaikan problem yang mereka hadapi. Dengan menggunakan pengetahuan yang sedikit tersebut, skill mereka terus terasah dan menjadi profesional. Jadi penentu keberhasilan tidak terletak pada jenis pendidikan yang ditempuh dari kedua universitas tersebut, melainkan pada digunakan atau diabaikannya pengetahuan yang telah didapat dari kedua universitas tersebut.

Saya sendiri menempu universitas formal dari tingkat SD-PT dengan status DO 2 kali. Hal ini memaksa saya memasuki universitas kehidupan fakultas pukulan keras jurusan survive atau death. Di dalam universitas kehidupan tersebut, saya dipaksa untuk menggunakan apa pun yang masih saya miliki (tersisa) untuk tetap survive yaitu tubuh, nafas, waktu dan sedikit kemampuan untuk memberikan les privat SD. Sebagaimana yang sudah saya tulis di awal bahwa apa yang digunakan akan mengembang, demikian halnya kemampuan saya dalam mengajar pun terus mengembang. Mulai dari mengajar siswa SD dengan tarif Rp 20.000,00/jam ke mengajar eksekutif perusahaan dengan tarif Rp 5.000.000,00/jam. Padahal saya tidak mengambil kuliah kependidikan. Apa yang pernah saya alami dan ajarkan tersebut kemudian saya bukukan dan alhamdulillah telah lahir 7 buku hanya dalam waktu 22 bulan (Jawa Pos Radar Semarang), padahal saya tidak pernah mengikuti kursus kepenulisan, membaca buku tentang bagaimana menulis atau mengirimkan satu artikel pun ke surat kabar.

Pesan apa yang hendak saya sampaikan ke Anda dalam sepenggal kisah saya tersebut? Pesan itu adalah: Penggunaan apa pun yang masih anda miliki akan menjadikan Anda semakin kompeten dan itu akan mampu menarik kehidupan yang lebih indah, melimpah dan berkah. Sikil atau kaki yang digunakan jauh lebih penting daripada Skill atau keahlian yang tidak digunakan alias menganggur. Ingat: SKILL NOTHING WITHOUT SIKIL.

Mari kita pungkasi tulisan ini dengan melihat benang merah/hubungan antara KNOWLEDGE, SIKIL, SKILL, dan SUCCESS. Hubungan diantara mereka, saya formulasikan sebagai berikut:
(i)   KNOWLEDGE + SIKIL = SKILL
(ii)  SKILL + SIKIL = SUCCESS
Artinya Gunakanlah pengetahuan Anda secara intens dan sungguh-sungguh, maka ia akan menjelma menjadi kecakapan tingkat tinggi (i). Lalu gunakanlah kecakapan itu untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan persoalan hidup maka Anda akan sukses (ii).

Sahabatku yang powerful, mari GUNAKAN sekecil-kecilnya kemampuan kita dengan sebesar-besarnya kesungguhan untuk memberikan sebesar-besarnya manfaat dan kebaikan bagi kehidupan sesama. Sampai jumpa di zona Unlimited Success.


Author : EDI SUSANTO, BUSINESS OWNER Bimbingan Belajar AntusiasNarasumber Sindo Finance Sindotrijaya FM Semarang, Sugihnom University, Penulis The Science of Rezeki, Pembicara seminar keuangan & bisnis;  fb : edisusanto.dahsyat

Posting Komentar Blogger

 
Top