Ini Adab Menyembelih Hewan Qurban menurut Rais Syuriyah PBNU

<div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCHrKrM9_q7TQX20-VMPzlydj91VjnJ_TUC7QU2JQKuEc-FhsPa_UTijBaY5UeCs8kSnItbdzUmhdmG2_RNwg-EtXWsid4niX_vEu0_LWcEq0deF9lWuqxHy5grR2KrLGuW5yZ-Olh1Ruh/s1600/1442735347.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="548" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCHrKrM9_q7TQX20-VMPzlydj91VjnJ_TUC7QU2JQKuEc-FhsPa_UTijBaY5UeCs8kSnItbdzUmhdmG2_RNwg-EtXWsid4niX_vEu0_LWcEq0deF9lWuqxHy5grR2KrLGuW5yZ-Olh1Ruh/s640/1442735347.jpg" width="640" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pringsewu, <strong><em>izzamedia.com</em></strong><br />Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, MAg menyikapi praktik di masyarakat dalam menyembelih hewan hewan qurban. Menurut Gus Ishom, panggilan akrabnya, di masyarakat sering dipraktikkan tata cara menyembelih hewan qurban yang tidak menggunakan adab atau tata penyembelihan yang baik.<br /><br />Hal ini disampaikan Gus Ishom di depan Jamaah Ngaji Ahad (Jihad) Pagi, Ahad (20/9) yang rutin dilaksanakan di Gedung NU Pringsewu. Jihad Pagi ini dimoderatori oleh H Sujadi yang merupakan Mustasyar PCNU Pringsewu.<br /><br />Gus Ishom menyebutkan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan petugas penyembelih adalah dengan menyembelih hewan qurban di depan hewan qurban lain. "Jangan lakukan tindakan yang seakan meneror kepada hewan-hewan qurban lain. Makanya kadang ada ditemukan hewan yang mengamuk sebelum disembelih karena diteror seperti itu," ungkapnya.<br /><br />Tindakan teror lain yang tidak sesuai dengan adab menyembelih adalah menghunus alat menyembelih di depan hewan qurban. "Kadang malah ada penjagal yang mengasah pisaunya di depan kepala hewan yang akan di sembelih. Hal ini tidak baik dilakukan karena para sahabat nabi pernah mengingatkan akan hal-hal tersebut," katanya.<br /><br />Selain hal itu, Gus Ishom juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berqurban ditinjau dari Ilmu Fiqh. Hal tersebut di antaranya mengenai diperbolehkannya melakukan qurban yang diniatkan untuk orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia. Hal ini dijabarkan Gus Ishom dengan merujuk kepada Kitab Fiqh Bajuri Juz 2 halaman 378.<br /><br />Dalam kitab tersebut juga dijelaskan bahwa qurban ada yang hukumnya sunnah dan ada yang wajib. "Sunnah jika memiliki niatan mendekatkan diri kepada Allah dan wajib jika yang akan berqurban memiliki nadzar atas qurbannya," terangnya. "Dan yang wajib ini, yang berqurban tidak diperbolehkan memakan daging qurbannya," tambahnya.<br /><br />Berkaitan dengan hal ini, H Sujadi berharap materi yang telah disampaikan dapat menambah pemahaman agar dapat berkurban sesuai dengan tuntunan. "Mudah mudahan seluruh qurban dan pengorbanan yang dilakukan di Hari Raya Idul Adha kali ini di terima oleh Allah SWT," pungkasnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>sumber: nu.or.id </i></div>

Ini Adab Menyembelih Hewan Qurban menurut Rais Syuriyah PBNU

Pringsewu, izzamedia.com Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, MAg menyikapi praktik di masyarakat dalam menyembelih hewan hewa...

Baca selengkapnya »

Ini Tanggapan NU dan Muhammadiyah Soal Ritual Seks Cari Pesugihan di Gunung Kemukus

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggm9VpBbpkb81OIww-nnMnJSLyiy02m5w-kFMomtyYQvMFFPlnKhHRu8qKELuNIdQS0HFu3Y7MpoaHmL2sIxnVpNINGOcpBBc5Payc_fO5v5mx4OYxH4ZZBtMY6tzIgXyboqgUseICl2I/s1600/Video+ritual+seks+cari+pesugihan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggm9VpBbpkb81OIww-nnMnJSLyiy02m5w-kFMomtyYQvMFFPlnKhHRu8qKELuNIdQS0HFu3Y7MpoaHmL2sIxnVpNINGOcpBBc5Payc_fO5v5mx4OYxH4ZZBtMY6tzIgXyboqgUseICl2I/s1600/Video+ritual+seks+cari+pesugihan.jpg" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Reportase wartawan Inggris tentang ritual zina mencari pesugihan di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, menggegerkan masyarakat Indonesia. Reportase disertai video dokumenter yang ditayangkan di Televisi SBS One pada Senin (17/11) pukul 21.30 waktu setempat itu mengungkap praktik sesat yang telah berjalan sejak beberapa abad.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Musman Tholib mengatakan sudah mendapatkan informasi dari masyarakat terkait aktivitas yang dilakukan di Gunung Kemukus tersebut, meskipun pihaknya belum ke sana secara langsung. Pasalnya, jika ada dai yang ke sana malah akan dicurigai.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menurut Musman Tholib, Muhammadiyah tak mungkin melakukan pengrusakan tempat maksiat tersebut karena sistem dakwah yang dianut oleh Muhammadiyah ialah amar ma’ruf nahi munkar. Bukan pendekatan kekerasan. Muhammadiyah lebih memfokuskan diri untuk membentengi masyarakat –khususnya melalui pengajian di Masjid- agar tidak terjerumus ke dalam kepercayaan dan ritual menyesatkan tersebut.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sementara Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendi Yusuf meminta Pemerintah Daerah (Pemda) Sragen untuk segera menindak tegas praktik ritual seks di Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen. Menurutnya, praktik tersebut bisa digolongkan sebagai perbuatan seks bebas.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Itu ritual yang didasarkan pada legenda dan dilestarikan, padahal sesat, perbuatan hancur” tandasnya seperti dikutip Republika Online.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seperti diketahui, wartawan Inggris Patrick Abboud mengungkapkan fenomena yang mengejutkan di Indonesia. Melalui investigasi lapangan, Abboud mengungkap adanya fenomena ritual zina di Gunung Kemukus di Jawa Tengah yang ia sebut sebagai Gunung Seks. Di gunung tersebut, para peziarah melakukan zina dengan orang asing sebagai bagian dari ritual mencari pesugihan. Ia juga berhasil mewawancarai warga setempat dan menayangkannya di televisi SBS One.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Yang lebih mengejutkan, ia menyebut bahwa pada malam-malam puncak, peziarah di Gunung Kemukus mencapai ribuan orang. Mereka berasal dari berbagai latar belakang mulai dari pekerja seks komersial (PSK), pria yang sudah menikah, ibu rumah tangga, hingga pejabat pemerintahan. Fenomena ini menjadi tamparan bagi Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Karena dalam Islam zina merupakan dosa besar. (Ibnu K/beritapopuler.com)</div>

Ini Tanggapan NU dan Muhammadiyah Soal Ritual Seks Cari Pesugihan di Gunung Kemukus

Reportase wartawan Inggris tentang ritual zina mencari pesugihan di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, menggegerkan masyarakat Indone...

Baca selengkapnya »

Ini yang Terjadi Jika Laki-laki dan Perempuan Non Mahram Bersentuhan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbQOOqv3WVme-G1zX9vUJLrj8fXmTl7y9ADIrwK_u4urKdOi2gxJ1O4SXvrdTbwqw7UhCj2ki20hJAm0JfUrFVqRlJ6wYdl7WBq_x5eSj66g5VSQRRwIhVmytDjvU1rDbImHq1JjqHgJ8/s1600/10734098_340881309416436_5823296878378776135_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbQOOqv3WVme-G1zX9vUJLrj8fXmTl7y9ADIrwK_u4urKdOi2gxJ1O4SXvrdTbwqw7UhCj2ki20hJAm0JfUrFVqRlJ6wYdl7WBq_x5eSj66g5VSQRRwIhVmytDjvU1rDbImHq1JjqHgJ8/s1600/10734098_340881309416436_5823296878378776135_n.jpg" /></a></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"tn":"*G","type":45}" style="box-sizing: border-box;" tabindex="0"><br /></span></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"tn":"*G","type":45}" id="fbPhotoPageCaption" style="box-sizing: border-box;" tabindex="0">Bagi pasangan lelaki dan perempuan yang sedang pacaran atau bertunangan, inilah alasan dan sebab mengapa anda tak perlu bersentuhan dengan bukan mahram atau pasangan masing-masing di luar sana. Lihat <span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">tanda merah</span> dalam gambar.</span></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Kajian menunjukkan bagian berwarna merah adalah peningkatan suhu yang tinggi di kawasan tersebu<span class="text_exposed_show" style="box-sizing: border-box;">t. Jadi berpegangan tangan, jantung seorang perempuan akan berdegup kencang karena cinta dan kasih sayang. Sedangkan lelaki berdegup di otak dan kemaluan karena nafsu semata-mata.</span></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:</div> <div class="tulisan-arab" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 24px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: right;"> لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <i>“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.”</i> (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:</div> <div class="tulisan-arab" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 24px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: right;"> لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <i>“Sekali-kali tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya.”</i> (HR. Al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 3259).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda</div> <div class="tulisan-arab" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 24px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: right;">   كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <i>“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.”</i> (HR. Muslim no. 6925)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman</div> <div class="tulisan-arab" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 24px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: right;">   قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <i>“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat’</i>”.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :</div> <div class="tulisan-arab" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 24px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: right;">   مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <i>Tidak pernah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada fitnah para wanita</i>.[HR Al-Bukhari no 5096]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Setelah kita mengetahui tentang larangan dan bahaya bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram berdasarkan hadits di atas, masihkan Anda pacaran?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Abdil Muhsin Hari</span></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> <span style="box-sizing: border-box;"><span style="font-size: x-small;"><i>sumber : http://www.fimadani.com/ini-yang-terjadi-jika-laki-laki-dan-perempuan-mahram-bersentuhan/</i></span></span></div>

Ini yang Terjadi Jika Laki-laki dan Perempuan Non Mahram Bersentuhan

Bagi pasangan lelaki dan perempuan yang sedang pacaran atau bertunangan, inilah alasan dan sebab mengapa anda tak perlu bersentuhan den...

Baca selengkapnya »

Suami Menyusu pada Istrinya

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhCJ-I0P3Puaf5jvtT17ej5gcGHmcmYCIYE-k1umVVw7szQz1O5QaXz465s9adeRfNTKKDgvJJAu6r4ZXHYJIp_8O5jPSa9rhMaMGONgJWtpxKLjUqbAk7Eyrgsa4yW8IlZv6KQPYQSBo/s1600/Tips--Ibu--Menyusui--Ketika--Berpuasa-Amankah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhCJ-I0P3Puaf5jvtT17ej5gcGHmcmYCIYE-k1umVVw7szQz1O5QaXz465s9adeRfNTKKDgvJJAu6r4ZXHYJIp_8O5jPSa9rhMaMGONgJWtpxKLjUqbAk7Eyrgsa4yW8IlZv6KQPYQSBo/s1600/Tips--Ibu--Menyusui--Ketika--Berpuasa-Amankah.jpg" /></a></div> <blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;"> Istri saya baru saja melahirkan dan sekarang sedang menyusui anak kami. Timbul keinginan dalam hati saya untuk menetek dari istri saya dan meminum air susunya sebagai bagian dari fantasi seksual. Tapi, saya dengar hal itu dilarang, karena bila air susu seorang wanita terminum oleh pria maka si wanita itu akan menjadi mahramnya. Benarkah hal itu?</blockquote> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Alhamdulillah wash shalatu was salam ’ala Rasulillah.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Bapak penanya yang dimuliakan Allah, pendapat yang lebih kuat, insya Allah, hal itu tidak dilarang dan Anda boleh melakukannya, asal tidak menyakiti si istri dan tidak merugikan bayi Anda sendiri.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Berdasarkan pendapat mayoritas ulama, susuan yang menjadikan si anak mahram dengan ibu susunya hanya terjadi jika si anak tersebut masih berusia di bawah dua tahun. Sedangkan sebagian ulama seperti Daud Azh-Zhahiri dan para pengikutnya menyatakan susuan itu tetap membuat haram menikah sekalipun yang menyusu sudah dewasa.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Pendapat jumhur (mayoritas) ulama lebih kuat berdasarkan dalil antara lain, sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ”Sesungguhnya susuan (yang membuat haram) itu hanya bila dalam keadaan lapar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Maksudnya, yang menyusu itu menjadikan air susu sebagai makanan pokoknya dan itu hanya dilakukan oleh bayi yang masih menyusui, tidak mungkin orang dewasa menjadikan air susu wanita sebagai makanan pokok.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Hadits lain dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ”Susuan itu tidak mengharamkan kecuali kalau melewati usus dan pada saat belum disapih.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1152). Artinya, jika si bayi sudah disapih berarti susuan berikutnya tidak menyebabkan dia haram menikahi penyusunya.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Ibnu Abbas juga pernah mengatakan, ”Tidak ada susuan (yang menjadikan haram menikah) kecuali di usia dua tahun.” (Riwayat Abdurrazzaq dalam kitab Al-Mushannaf juz 7 hal. 465 dari Ibnu ’Uyainah, dari ’Amr bin Dinar dari Ibnu Abbas).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Pernyataan yang sama juga dilontarkan oleh Ibnu Mas’ud tentang seorang suami yang menelan air susu istrinya lalu dia bertanya kepada Abu Musa Al-Asy’ari. Abu Musa menjawab istrinya jadi haram lantaran itu, tapi itu dikoreksi oleh Ibnu Mas’ud dengan mengatakan hal yang sama dengan pernyataan Ibnu Abbas di atas. Akhirnya, Abu Musa menarik kembali pendapatnya sambil berkata, ”Jangan bertanya kepadaku bila si cendikiawan ini (Ibnu Mas’ud) masih ada di tengah kalian.” (Riwayat lengkap dalam kitab Al-Muwaththa` karya Imam Malik, Pembahasan: Ar-Radha’, Bab: Jami’ Maa Jaa`A Fii Ar-Radha’ah, no. 1290).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Hal yang sama juga difatwakan oleh Umar bin Al-Kahththab radhiyallahu ‘anh ketika seorang pria mengadukan telah menyetubuhi budak wanitanya, lalu istrinya datang dan menyusui si budak tersebut sambil mengatakan, ”Demi Allah, sekarang dia sudah haram bagimu (untuk disetubuhi) karena aku sudah menyusuinya.” Tapi ternyata Umar malah memutuskan kepada si pria ini, ”Setubuhi saja dia, karena dia tetap menjadi budakmu. Susuan yang menjadikan haram itu hanya kalau (yang menyusu) masih kecil.” (Riwayat ini disebutkan oleh Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththa`, no. 1289).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Dari kesemua riwayat di atas jelaslah bahwa bila seseorang yang sudah dewasa menyusu kepada wanita, maka hal itu tidak berpengaruh. Kecuali bila ada keadaan darurat seperti yang terjadi pada kasus Sahlah binti Suhail yang mengadu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang sulitnya ia berhijab dari Salim mantan budak Abu Hudzaifah suaminya. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi solusi dengan mengatakan, ”Susuilah dia (Salim) maka dia akan jadi mahram bagimu.” Padahal waktu itu Salim sudah dewasa. (Cerita lengkapnya dalam Shahih Muslim, no. 1453).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Hadits Sahlah dan Salim ini berlaku untuk orang yang kasusnya sama dengan Sahlah yaitu sulitnya berhijab dari laki-laki yang bukan mahramnya lantaran kedekatan dan lain sebagainya.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 30px; text-align: justify;"> Wallahu a’lam.</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Open Sans', helvetica; font-size: 16px; font-weight: 700; line-height: 24px;">Ustadz Anshari Taslim, Lc.</span> </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: x-small;"><i>sumber : http://www.fimadani.com/suami-menyusu-pada-istrinya/</i></span></div>

Suami Menyusu pada Istrinya

Istri saya baru saja melahirkan dan sekarang sedang menyusui anak kami. Timbul keinginan dalam hati saya untuk menetek dari istri saya da...

Baca selengkapnya »

6 Wanita yang Tak Bisa Mencium Bau Surga

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6qco-vrr2lV1-Gu_2t2I0FwPand_o8SLvTSqmDAADpS7gMIfbPA2bGIhLTP35abkcTGE5vMJJw8YdubIxZ92SVPkGsBkq0pY_p7YDIEBQ0KhYfC6jZjPZTvL5loSUr4xPmbHhIVjSQoE/s1600/Api-neraka-ilustrasi-scenicreflectionsdotcom.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6qco-vrr2lV1-Gu_2t2I0FwPand_o8SLvTSqmDAADpS7gMIfbPA2bGIhLTP35abkcTGE5vMJJw8YdubIxZ92SVPkGsBkq0pY_p7YDIEBQ0KhYfC6jZjPZTvL5loSUr4xPmbHhIVjSQoE/s1600/Api-neraka-ilustrasi-scenicreflectionsdotcom.jpg" width="600" /></span></a></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <br /></div> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Masuk surga adalah dambaan setiap insan. Setiap muslimah pasti menginginkan ridha Allah dan menjadi penghuni surga. Namun, tidak semua orang bisa memasukinya. Bahkan, ada 6 kelompok wanita yang bukan saja tidak bisa masuk surga, bahkan mereka tidak bisa mencium bau surga.</div> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Siapa saja mereka? Mari kita simak hadits-hadits yang menguraikannya</div> <h2 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 2em; font-weight: 300; letter-spacing: -0.02em; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> 1. Wanita yang menyemir rambutnya, khususnya dengan warna hitam</h2> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Kita patut waspada. Menyemir rambut di zaman sekarang seakan-akan adalah hal biasa. Ingin terlihat lebih muda, ingin terlihat lebih cantik, tidak sedikit wanita yang kemudian menyemir rambutnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,</div> <h4 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 1.35em; font-weight: normal; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;"> يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ</h4> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Pada akhir zaman nanti akan ada orang-orang yang mengecat rambutnya dengan warna hitam seperti warna mayoritas dada merpati, mereka tidak akan mendapat bau surga.”</em> (HR. Abu Daud; shahih)</div> <h2 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 2em; font-weight: 300; letter-spacing: -0.02em; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> 2. Wanita yang minta cerai tanpa suatu alasan</h2> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Perceraian dihalalkan dalam Islam, sebagai solusi “terakhir” ketika rumah tangga tidak dapat dipertahankan dan hanya membawa kesengsaraan bagi suami istri. Namun, dalam kondisi normal, ketika wanita minta cerai tanpa alasan, maka ia diharamkan masuk surga. Bahkan tidak bisa mencium bau surga.</div> <h4 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 1.35em; font-weight: normal; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;"> أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلَاقَ مِنْ غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ</h4> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Siapa pun wanita yang meminta talak pada suaminya tanpa alasan maka bau surga haram baginya.”</em> (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad; shahih)</div> <h2 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 2em; font-weight: 300; letter-spacing: -0.02em; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> 3. Wanita yang mengaku keturunan orang lain</h2> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Nasab merupakan salah satu hal yang dijaga oleh agama. Seorang wanita yang mengaku-aku sebagai anak orang lain yang bukan ayahnya, ia dijauhkan dari surga dan mendapat ancaman tidak dapat mencium bau surga. Islam juga melarang seseorang dinisbatkan (bin atau binti) kepada orang tua angkatnya.</div> <h4 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 1.35em; font-weight: normal; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;"> مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ قَدْرِ سَبْعِينَ عَامًا أَوْ مَسِيرَةِ سَبْعِينَ عَامًا قَالَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ</h4> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Barangsiapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh tahun, atau tujuh puluh tahun perjalanan.”</em> (HR. Ahmad; shahih)</div> <h2 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 2em; font-weight: 300; letter-spacing: -0.02em; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> 4. Wanita yang sombong</h2> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Sombong adalah pakaian Allah. Hanya Allah yang berhak sombong karena Dialah pemilik dan penguasa segalanya. Adapun manusia yang sombong, ia tidak dapat masuk surga dan tidak dapat mencium bau surga. Bahkan, meskipun kesombongannya kecil, seberat biji sawi.</div> <h4 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 1.35em; font-weight: normal; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;"> سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ رَجُلٍ يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَفِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ تَحِلُّ لَهُ الْجَنَّةُ أَنْ يَرِيحَ رِيحَهَا وَلَا يَرَاهَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُقَالُ لَهُ أَبُو رَيْحَانَةَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ الْجَمَالَ وَأَشْتَهِيهِ حَتَّى إِنِّي لَأُحِبُّهُ فِي عَلَاقَةِ سَوْطِي وَفِي شِرَاكِ نَعْلِي قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ ذَاكَ الْكِبْرُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ سَفِهَ الْحَقَّ وَغَمَصَ النَّاسَ بِعَيْنَيْهِ</h4> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Dari Uqbah bin Amir, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Tidaklah seorang laki-laki meninggal dunia, dan ketika ia meninggal di dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari sifat sombong, akan halal baginya mencium bau surga atau melihatnya.”</em> Lalu seorang laki-laki dari suku Quraisy yang bernama Abu Raihanah berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, saya benar-benar menyukai keelokan dan menggemarinya hingga pada gantungan cemetiku dan juga pada tali sandalku!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Itu tidaklah termasuk Al Kibr (sombong), sesungguhnya Allah ‘azza wajalla itu Indah dan menyukai keindahan. Akan tetapi Al Kibr itu adalah siapa yang bodoh terhadap kebenaran kemudian meremehkan manusia dengan kedua matanya.</em>” (HR. Ahmad)</div> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Syaikh Nasiruddin Al Albani berpendapat hadits di atas dhaif. Namun demikian, ada hadits lain yang disepakati keshahihannya oleh para ulama yang menunjukkan bahwa kesombongan, sekecil apapun, membuat pelakunya tidak masuk surga.</div> <h4 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 1.35em; font-weight: normal; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;"> لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ</h4> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Tidak masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan, meskipun seberat biji sawi”</em> (HR. Muslim)</div> <h2 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 2em; font-weight: 300; letter-spacing: -0.02em; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> 5. Wanita yang menuntut ilmu akhirat untuk tujuan duniawi</h2> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Mempelajari ilmu agama, ilmu syariat, ilmu akhirat, adalah aktifitas mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan diperintahkan. Namun, jika ilmu agama dicari untuk tujuan duniawi, maka ancamannya sungguh mengerikan. Tidak bisa mendapatkan bau surga.</div> <h4 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 1.35em; font-weight: normal; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;"> مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا</h4> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari kiamat ia tidak akan mendapatkan bau surga.”</em> (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan Ahmad; shahih)</div> <h2 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 2em; font-weight: 300; letter-spacing: -0.02em; line-height: 1.3em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> 6. Wanita yang berpakaian tapi telanjang</h2> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Kelompok wanita ini tidak dijumpai Rasulullah di zamannya. Mereka berpakaian, tetapi pada hakikatnya telanjang. Para ulama menjelaskan, mereka berpakaian tetapi tipis, bahkan mendekati tembus pandang. Mereka berpakaian tetapi pakaiannya ketat sehingga membentuk lekuk-luku tubuh dan menggoda kaum laki-laki. Kelompok ini juga mendapatkan ancaman tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bagu surga.</div> <h4 style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 1.35em; font-weight: normal; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0px -0.05em; outline: 0px; padding: 0.5em 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;"> صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا</h4> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.”</em>(HR. Muslim)</div> <div style="border: 0px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24.989999771118164px; margin-bottom: 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"> Demikian 6 wanita yang tak bisa mencium bau surga. Semoga sahabat webmuslimah dihindarkan Allah dari golongan tersebut, dan dikelompokkan pada golongan ahli surga. [Webmuslimah.com]</div>

6 Wanita yang Tak Bisa Mencium Bau Surga

Masuk surga adalah dambaan setiap insan. Setiap muslimah pasti menginginkan ridha Allah dan menjadi penghuni surga. Namun, tidak semua ...

Baca selengkapnya »

Dicium Suami Saat Puasa, Bolehkah?

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1UE-1gMft1EAdOaNdAy9JxsONljK48TSywDI6I6nUFa610CJyBXXyCt3t01Pyr8Go666keY3TbP_jj1gYlLciOK6rUOcm_5eCYMDQ9ARpvlnwAWoM_lvAj_77w8HNwWHytZaofePrPHM/s1600/Puasa-ilustrasi-viva.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1UE-1gMft1EAdOaNdAy9JxsONljK48TSywDI6I6nUFa610CJyBXXyCt3t01Pyr8Go666keY3TbP_jj1gYlLciOK6rUOcm_5eCYMDQ9ARpvlnwAWoM_lvAj_77w8HNwWHytZaofePrPHM/s1600/Puasa-ilustrasi-viva.jpg" width="600" /></a></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Terkadang, seorang suami mencium istrinya saat sedang berpuasa Ramadhan. Kadang pipinya, kadang pula bibirnya (tapi tidak sampai french kiss). Bagaimanakah puasanya? Bolehkah hal itu dan sebaiknya apa yang dilakukan oleh istri?</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah dalam Al Jami’ fii Fiqhi An Nisa’ (Fiqih Wanita Edisi Lengkap) menjelaskan bahwa mencium atau mendapat ciuman dari suami hukumnya mubah selama suami tidak menggerakkan nafsu syahwat mereka atau menggerakkan mereka untuk melakukan hubungan badan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Lebih lanjut, Syaikh Kami menjelaskan bahwa ciuman dibolehkan baik pada pipi atau mulut (tidak sampai french kiss), dengan syarat tidak disertai syahwat atau mengundang keinginan berhubungan badan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan:</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَلَكِنَّهُ أَمْلَكُكُمْ لإِرْبِهِ</span></div> <div style="text-align: justify;"> “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium aku ketika beliau berpuasa dan pernah pula bercanda dalam keadaan berpuasa. Dan sesungguhnya beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan syahwatnya.” (HR. Muslim)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Syaikh DR Yusuf Al Qardhawi dalam Fiqhush Shiam (Fiqih Puasa) menjelaskan: “Tidak masalah bagi orang yang berpuasa mencium istrinya, jika hal itu tidak menggerakkan syahwatnya dan menjatuhkannya dalam perilaku yang dilarang.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kemudian beliau menyebutkan hadits yang sama.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَلَكِنَّهُ أَمْلَكُكُمْ لإِرْبِهِ</span></div> <div style="text-align: justify;"> “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium aku ketika beliau berpuasa dan pernah pula bercanda dalam keadaan berpuasa. Dan sesungguhnya beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan syahwatnya.” (HR. Muslim)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jika ada yang mengatakan, itu kan Rasulullah. Bagaimana dengan manusia biasa seperti kita? Umar bin Salamah pernah menanyakan hal itu kepada beliau.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebelumnya ia bertanya kepada Rasulullah, “Bolehkah orang yang berpuasa mencium?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">سَلْ هَذِهِ لأُمِّ سَلَمَةَ</span></div> <div style="text-align: justify;"> “Tanyalah ini pada Ummu Salamah”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Lalu Ummu Salamah menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melakukannya. Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah, Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda, baik di masa yang lalu maupun di masa yang akan datang”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">أَمَا وَاللَّهِ إِنِّى لأَتْقَاكُمْ لِلَّهِ وَأَخْشَاكُمْ لَهُ</span></div> <div style="text-align: justify;"> Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah di antara kalian dan paling takut kepada-Nya”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Umar bin Khatab juga pernah mencium istrinya di bulan puasa. Setelah itu beliau sadar dan menghadap Rasulullah untuk meminta fatwa.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: right;"> <span style="font-size: large;">عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ هَشَشْتُ يَوْما فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْراً عَظِيماً قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتَ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ. قُلْتُ لاَ بَأْسَ بِذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَفِيمَ</span></div> <div style="text-align: justify;"> Dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan “Pada suatu hari nafsuku menggelora lalu kucium istriku dalam kondisi berpuasa. Setelah itu aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. ‘Hari ini aku melakukan perkara besar; saya mencium istriku padahal aku berpuasa’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku, ‘Bagaimana pendapatmu jika engkau berkumur dengan air ketika berpuasa?’ Aku menjawab, ‘Tidak mengapa’. Lalu beliau bersabda ‘Maka bagaimana dengan mencium (bukankah begitu)?’ (HR. Ahmad)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Syaikh DR Yusuf Qardhawi menambahkan, beberapa orang secara bergantian pernah bertanya kepada Rasulullah perihal mencium istri. Saat yang bertanya adalah orangtua, beliau membolehkannya. Namun saat yang bertanya adalah pemuda, beliau melarangnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Aisyah menambahkan ketika ada orang yang dijawab “tidak boleh” bertanya bukankah Rasulullah melakukannya? Aisyah menjawab “Beliau adalah orang yang paling kuat menahan syahwatnya.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Menurut saya,” simpul Saikh Qardhawi, “inilah substansinya. Yaitu mampu menguasai syahwatnya dan mengendalikan nafsunya, meskipun ia anak muda.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jadi, bagi Anda para istri, jika suami mencium Anda di bulan puasa, selama ia dan Anda mampu menjaga syahwat agar tidak tertarik kepada hubungan, maka hal itu tidak mengapa. Tetapi jika Anda tahu, bahwa suami tidak mampu menahan syahwatnya, Anda bisa mengingatkannya dengan lembut, dengan cara sebaik-baiknya, bahwa bukan sekarang saatnya. Tunggu saat malam tiba. Sebab jika pada siang hari saat puasa suami istri berhubungan, kafaratnya adalah memerdekakan budak. Jika tidak mampu, berpuasa 60 hari berturut-turut. Jika tidak mampu, memberi makan 60 fakir miskin. Wallahu a’lam bish shawab. [<a href="http://webmuslimah.com/dicium-suami-saat-puasa-bolehkah/" rel="nofollow">sumber</a>]</div>

Dicium Suami Saat Puasa, Bolehkah?

Terkadang, seorang suami mencium istrinya saat sedang berpuasa Ramadhan. Kadang pipinya, kadang pula bibirnya (tapi tidak sampai french...

Baca selengkapnya »

3 Keutamaan Menjaga Wudhu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4Ymvc_VJHo7QkR0gyFo-x_Pw09xqw22j5e3bEOFkCRtIM8BujkMO4VEe90O7226bkahAAJbwT4sOpD4NsC4n9wbyaF5d0tgDgpB-Of0ugZAS3LO7pfJPDqGcJeRQlRKYl2MmiFAj60OU/s1600/Wudhu+-+ilustrasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4Ymvc_VJHo7QkR0gyFo-x_Pw09xqw22j5e3bEOFkCRtIM8BujkMO4VEe90O7226bkahAAJbwT4sOpD4NsC4n9wbyaF5d0tgDgpB-Of0ugZAS3LO7pfJPDqGcJeRQlRKYl2MmiFAj60OU/s1600/Wudhu+-+ilustrasi.jpg" style="cursor: move;" width="320" /></a></div> <span style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;">Sebelumnya, kita telah membahas </span><a href="http://www.bersamadakwah.com/2013/12/3-keutamaan-wudhu.html" style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify; text-decoration: none;">3 Keutamaan Wudhu</a><span style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;">. Bahwa sebagaimana disabdakan Rasulullah dalam hadits-haditsnya, anggota wudhu akan bercahaya pada hari kiamat, seorang mukmin akan mendapatkan perhiasan di surga sesuai batas wudhunya, dan wudhu dapat menghapus dosa-dosa kecil yang dilakukan oleh mata dan wajah, tangan, serta kaki.</span><br style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;">Kali ini, kita akan melanjutkan pembahasan tentang keutamaan menjaga wudhu. Yang dari hadits-hadits shahih, setidaknya kita dapatkan 3 keutamaannya, sebagai berikut :</span><br style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;" /><b style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;"><br />1. Orang yang menjaga wudhu dijaga keimanannya</b><br /> <div style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: right;"> <span style="font-family: 'traditional arabic';"><span style="font-size: 23px;"><b><br />اعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ</b></span></span></div> <span style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;">“.. dan ketahuilah sebaik-baik amal kalian adalah shalat dan tidaklah menjaga wudhu melainkan orang-orang yang beriman.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad; shahih)</span><br style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;" /><b style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;"><br />2. Menjaga wudhu membuat Bilal dijamin masuk surga</b><br /> <div style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: right;"> <span style="font-family: 'traditional arabic';"><span style="font-size: 23px;"><b><br />أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ لِبِلاَلٍ عِنْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِى بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِى الإِسْلاَمِ ، فَإِنِّى سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَىَّ فِى الْجَنَّةِ . قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً أَرْجَى عِنْدِى أَنِّى لَمْ أَتَطَهَّرْ طُهُورًا فِى سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِى أَنْ أُصَلِّىَ</b></span></span></div> <span style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;">Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Bilal radhiyallahu 'anhu ketika shalat Fajar (Shubuh): "Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam, sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu dalam surga". Bilal berkata; "Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu') pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu shalat dengan wudhu' tersebut di samping shalat wajib". (HR. Bukhari)</span><br style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;" /><b style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;">3. Menghapus dosa, meninggikan derajat, dinilai ribath</b><br /> <div style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: right;"> <span style="font-family: 'traditional arabic';"><span style="font-size: 23px;"><b><br />أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ. قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ</b></span></span></div> <span style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;">Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah kalian untuk aku tunjukkan atas sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Menyempurnakan wudhu pada kondisi yang susah (seperti keadaan yang sangat dingin), banyak berjalan ke masjid, dan menunggu shalat berikutnya setelah shalat. Maka itulah ribath." (HR. Muslim)</span><br style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20.171875px; text-align: justify;">Demikian 3 Keutamaan Menjaga Wudhu, semoga kita dapat berupaya mengamalkannya dan meraih keutamaan tersebut. Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida/bersamadakwah/izzamedia]</span>

3 Keutamaan Menjaga Wudhu

Sebelumnya, kita telah membahas  3 Keutamaan Wudhu . Bahwa sebagaimana disabdakan Rasulullah dalam hadits-haditsnya, anggota wudhu akan be...

Baca selengkapnya »

Langsung Tidur Setelah “Bercinta”, apa hukumnya?

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUKacCE4gWoWl0_mb1o0vvhnKxZcWomEU45rhDwAtoQFOqjtgo3v9mxS7D2h2-9usL4XSVvkiAj6ABu5lAmBbblToPhkDJSe_k_lg6fa11AarCFOAxd4JEq8iJ9jwInOgoxSyY6XOYnOY/s1600/pasangan_tidur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUKacCE4gWoWl0_mb1o0vvhnKxZcWomEU45rhDwAtoQFOqjtgo3v9mxS7D2h2-9usL4XSVvkiAj6ABu5lAmBbblToPhkDJSe_k_lg6fa11AarCFOAxd4JEq8iJ9jwInOgoxSyY6XOYnOY/s1600/pasangan_tidur.jpg" /></a></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Setiap muslim pasti paham bahwa setelah berhubungan seksual, suami istri wajib mandi junub untuk mensucikan diri dari hadats besar. Yang menjadi pertanyaan adalah, bolehkah menunda mandi junub dengan tidur terlebih dahulu? Mengingat mandi di malam hari terasa dingin dan berat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Berikut ini 6 hadits yang menjelaskan mengenai masalah tersebut:</b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَيْسٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ كَيْفَ كَانَ نَوْمُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْجَنَابَةِ أَيَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ أَوْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَتْ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ</span></div> <div style="text-align: justify;"> Dari Abdullah bin Abu Qais dia berkata; <i><b>"Aku bertanya kepada Aisyah bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidur dalam keadaan junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur? Atau tidur sebelum mandi? ' Aisyah menjawab, 'Semua pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.. Kadang beliau mandi dahulu lantas tidur, dan kadang (hanya) wudhu lalu tidur." </b></i>(HR. An Nasa’i)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَرْقُدُ أَحَدُنَا وَهُوَ جُنُبٌ قَالَ نَعَمْ إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرْقُدْ وَهُوَ جُنُبٌ</span></div> <div style="text-align: justify;"> Umar bin Al Khaththab bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, <b><i>"Apakah boleh seorang dari kami tidur dalam keadaan dia junub?"</i></b> Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:<i><b> "Ya. Jika salah seorang dari kalian berwudhu, maka hendaklah ia tidur meskipun dalam keadaan junub."</b></i> (HR. Bukhari)</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَيْسٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ وِتْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قُلْتُ كَيْفَ كَانَ يَصْنَعُ فِي الْجَنَابَةِ أَكَانَ يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ أَمْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَتْ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ قُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ فِي الْأَمْرِ سَعَةً</span></div> <div style="text-align: justify;"> Dari Abdullah bin Abi Qais dia berkata, <i><b>"Saya bertanya kepada Aisyah tentang witir Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam. Lalu dia menyebutkan suatu hadits. Aku bertanya lagi, 'Bagaimana (yang harus) beliau perbuat ketika dalam keadaan junub, apakah beliau harus mandi sebelum tidur atau tidur tanpa mandi?</b></i> ' Aisyah menjawab, <i><b>'Sungguh semuanya telah dilakukan beliau, kadang beliau mandi lalu tidur, kadang beliau berwudhu lalu tidur.</b></i>' Aku berkata,<b><i> 'Segala puji bagi Allah yang menciptakan dalam perkara tersebut suatu keleluasaan'." </i></b>(HR. Muslim)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">إِذَا أَصَابَ أَحَدُكُمْ الْمَرْأَةَ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ فَلَا يَنَمْ حَتَّى يَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ</span></div> <div style="text-align: justify;"> <b><i>"Apabila kalian menggauli istri kalian, kemudian hendak tidur sebelum mandi, maka jangan tidur hingga berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat."</i></b> (HR. Malik dalam Al Muwatha’)</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجْنِبُ ثُمَّ يَنَامُ وَلَا يَمَسُّ مَاءً حَتَّى يَقُومَ بَعْدَ ذَلِكَ فَيَغْتَسِلَ</span></div> <div style="text-align: justify;"> Dari Aisyah ia berkata; <b><i>"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam junub kemudian tidur tanpa menyentuh air. Setelah itu beliau bangun dan mandi."</i></b> (HR. Ibnu Majah)</div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;"><br /></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: large;">عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنَامُ وَهُوَ جُنُبٌ وَلَا يَمَسُّ مَاءً </span></div> <div style="text-align: justify;"> Dari 'Aisyah ia berkata; <b><i>"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah tidur dalam keadaan junub, dan beliau tidak menyentuh air."</i></b> (HR. Tirmidzi)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jadi, dari keenam hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa boleh bagi suami istri untuk tidur setelah “bercinta” di malam hari (menunda mandi junub) dan dianjurkan untuk wudhu terlebih dahulu sebelum tidur. Wallahu a’lam bish shawab. [<strike><a href="http://www.bersamadakwah.com/2014/01/bolehkah-langsung-tidur-setelah-bercinta.html" rel="nofollow" target="_blank">Abu Nida/bersamadakwah</a></strike>]</div>

Langsung Tidur Setelah “Bercinta”, apa hukumnya?

Setiap muslim pasti paham bahwa setelah berhubungan seksual, suami istri wajib mandi junub untuk mensucikan diri dari hadats besar. Yan...

Baca selengkapnya »