iklan

0



Tantangan mengembangkan Pondok Pesantren yang mengamalkan ajaran Aswaja an-Nahdliyah dengan ciri khas al-Qur’an di tengah-tengah masyarakat abangan dan non-NU tentunya membutuhkan tenaga dan pikiran ekstra.

Pondok Pesantren Nurul Qur’an (PPNQ) yang terletak di sebuah dusun bernama Teter, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah ini berawal dari dari TPA (Tempat Pendidikan Al-Qur’an) pada tahun 1990-an. Pada tahun 1990-an, Pondok Pesantren ini terkenal dengan sebutan PAIT yang memiliki kepanjangan dari Pendidikan Al-Qur’an dan Islam Teter.

Pengasuh muda PPNQ, Ustadz Darmaji menuturkan, bahwa TPA PAIT ini diampu oleh dua pengajar utama, yakni Kiai Subur Aditama dan Ny. Siti Amanatun. Pada waktu itu terdapat lebih dari 50-an santri yang ikut belajar mengaji, dari desa asal maupun sekitar. Kajiannya pun terbatas pada waktu sore dan setelah Maghrib.

Desa Teter sendiri adalah basis masyarakat abangan. Tradisi sesajen dan perburuan benda-benda mistis masih banyak dilakukan. Hadirnya TPA PAIT sedikit banyak memberikan pengertian kepada masyarakat tentang agama Islam dan pentingnya mengaji demi bekal masa depan.

Selain itu, strategi agar masyarakat sekitar bisa menerima keberadaan TPA PAIT adalah pendekatan budaya dan berbaur dan terbuka dan strategi itu masih dilakukan hingga sekarang.

Sekitar tahun 1995-an, mulailah santri-santri berdatangan untuk mukim (mondok) di Pesantren. Namun karena belum ada asrama, para santripun bertempat di ndalem (rumah) bersama dengan keluarga Kiai. 

Lima tahun kemudian tepatanya tahun 2000-an, santri yang mukim banyak. Tepatnya Pada tahun 2004 jumlah santri mencapai 20an santri mukim, jumlah yang lumayan banyak bagi sebuah pesantren yang belum memiliki nama dan asrama santri.

Berkat tekad dan keyakinan pendiri Pesantren dari hadis Nabi SAW, khairukum man ta’allamal qur’an wa ‘allamahu (Sebaik-baiknya kami sekalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya).

Proses untuk mendirikan Pondok Pesantren, pendiri melakukan istikhoroh dan meminta doa restu untuk pendirikan pesantren kepada para masyayikh dan para guru yang ada di daerah. Pada tanggal 5 Oktober 2005, Pondok Pesantren Nurul Qur’an resmi berdiri, berikut dengan surat akta notaris dan pengesahan dari Kemenag Kabupaten Boyolali dan menyelenggarakan pendidikan formal yaitu madrasah dari berbagai tingkatan. 

Sekarang santri yang turut mukim di PPNQ Boyolali berjumlah 230 orang santri. Berkat pertolongan Allah dan kepedulian para donatur, semua santriwan dan santriwati bebas dari biaya pesantren dan biaya makan sehari-hari. 

Selain itu, PPNQ juga memiliki program unggulan yaitu Majelis Sema’an al-Qur’an dan Matan al-Qur’an.

Pembangunan sarana dan prasarana santri sedikit demi sedikit berjalan tanpa membebani para wali. Begitu pula dengan pembangunan kepribadian serta pola pendidikan santri, selalu diadakan evaluasi demi terciptanya Pesantren yang memiliki alumni berkualitas sekaligus berakhlak mulia.


sumber: nu.or.id

Posting Komentar Blogger

 
Top