iklan

0



izzamedia.com – Menghabiskan Natal di negara-negara Barat mungkin sudah biasa, tapi bagaimana rasanya melewatkan Natal di negara Islam?
Ali Pahlevani Rad, Public Diplomacy Officer dari kedutaan besar Iran, menjelaskan Natal di negaranya memang tidak sesemarak di Indonesia, apalagi di negara-negara Eropa. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Iran memeluk agama Islam. Penganut agama non-Islam di Iran kurang dari 5 persen, dan dari jumlah itu pemeluk Kristen hanya 2 persen sampai 3 persen, sedangkan sisanya agama Yahudi.
Kendati kristen masuk agama minoritas, sambung Ali, pemerintah Iran sangat melindungi kebebasan beragama warganya. Pada pemerintahan Presiden Iran, Hassan Rouhani, bahkan dibentuk staf khusus yang menangani agama dan mazhab-mazhab minoritas di Iran. Kebebasan memeluk agama juga dijamin dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Iran.
“Di negara saya, tidak pernah ada konflik agama. Walau sebagian besar penduduk Iran beragama Islam, tetapi bukan alasan untuk tidak memperhatikan kelompok minoritas. Kelompok agama minoritas bahkan memiliki wakil di parlemen,” kata Ali seperti dikutip Koran Jakarta.
 
Toleransi beragama di Iran, lanjut dia, sangat tinggi. Tidak ada wilayah atau distrik khusus tempat tinggal penganut agama tertentu. Seluruh masyarakat berbaur dalam keberagaman agama dan suku.

“Dulu, saya bertetangga dengan teman yang beragama Yahudi dan Kristen. Kami bersekolah di tempat yang sama, tetapi setiap masuk jam pelajaran agama, kami masuk ke kelas agama masing-masing. Setiap murid di Iran belajar agama sesuai dengan agama yang dianutnya,” kata Ali.
Kental Budaya Iran

Bicara soal Natal, di Iran, menyambut hari istimewa itu memang tidak terlalu semarak. Di mal-mal, di jalan-jalan atau di hotel-hotel tidak ada pajangan ornamen-ornamen Natal.
Suasana Hari Raya Natal, baru terasa jika kita datang ke gereja atau tempat-tempat perkumpulan pemeluk agama Kristen. Di sana, baru ditemui pohon Natal dan hiasan-hiasan khas lainnya. Namun bedanya, ornamen-ornamen yang dipasang itu sama sekali tidak berbau barat. Tidak ada Santa Claus yang sedang menarik kereta, salju atau rusa berhidung merah. Hiasan yang dipajang lebih bernuansa budaya Iran. Pada tanggal 25 pun, makanan khas yang disajikan semuanya makanan Iran, tidak ada western food.
Masyarakat Iran yang merayakan Natal, sepulang dari gereja biasanya akan berbagi makanan dengan para tetangga yang umumnya beragama lain. Makanan yang dibagikan adalah yang halal dikonsumsi karena umat Kristen di Iran sangat paham kebiasaan dan hal-hal yang tidak bisa dikonsumsi oleh umat muslim. 
“Pada hari Natal, mereka (umat kristen Iran) juga akan saling mengunjungi atau bersilaturahim dengan sanak-keluarga dan tetangga. Hal itu memang diajarkan pada semua agama,” kata Ali.

Pada tanggal 25 Desember, biasanya TV pemerintah seharian akan menayangkan acara-acara khusus tentang Natal. Uniknya, walau bukan beragama Kristen, Presiden Iran biasanya memberikan pesan Natal dan ucapan selamat kepada warga yang merayakan.
Pemerintah Iran juga memberikan kebebasan pada masyarakat Kristen Iran untuk tinggal di wilayah Iran mana pun, yang mereka mau. Tidak ada ancaman bagi mereka. “Itulah indahnya toleransi beragama di negara Republik Islam Iran,”.


sumber: islaminesia.com

Posting Komentar Blogger

 
Top