iklan

0



Memasuki dunia perkuliahan terkadang mengharuskan seorang santri boyong dari pesantrennya dan menetap di tempat baru yang dekat dengan kampus tempat ia belajar sekarang. Di sinilah proses adaptasi dengan suasana baru kembali terjadi, dari urusan penampilan, tingkah laku, hingga cara berpikir.

Menyadari hal tersebut banyak alumni pesantren yang melanjutkan kuliah ke salah satu perguruan tinggi Islam di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo memilih untuk mencari tempat mukim di pesantren terdekat.

Pondok Pesantren Istiqomah merupakan salah satu pondok yang terdekat dengan perguruan tinggi Islam yang memiliki ribuan mahasiswa tersebut. Keberadaan pesantren ini memang tidak pernah dipublikasikan, bahkan tidak ada papan nama pesantren di depannya. 

Pada awalnya hanya ada Madrasah Diniyyah saja, kemudian ada mahasiswa yang ikut ngajar di Madin tersebut dan tinggal di situ. Seiring dengan terus bertambahnya mahasiswa di perguruan tinggi Islam tersebut, ternyata semakin banyak pula alumni pesantren yang ingin ikut ngaji dan bermukim di situ. 

Para alumni pesantren yang ingin mondok lagi di Pesantren Istiqomah biasanya dilatarbelakangi rasa khawatir akan pengaruh lingkungan atau pergaulan yang kurang baik, dan keinginan untuk tetap berusaha menjaga kebiasaan baik yang sudah ditanam di pesantren dahulu.

Para santrinya pun berasal dari berbagai daerah di antaranya Tegal, Wonosobo, Banjarnegara, Rembang, Demak, Pati, Grobogan, Tanggerang, dan Soloraya. Muasal pesantren mereka pun beragam, antara lain Pesantren Al Anwar Rembang, Gontor, Al Asy’ariyah Kalibeber, Sirajul Tholibin Brabu, Al Manshur  Popongan, Maslakul Huda Kajen, Kacangan Boyolali, Mranggen Demak, Takmirul Islam Solo, Al Muayyad Solo, Anna’im Ajisoko Majenang, dan beberapa pesantren lainnya.

Kiai Ismail Thoyib selaku pengasuh pesantren yang juga jajaran syuriah PCNU Sukoharjo ini, selalu menekankan kepada calon santri yang hendak tinggal di Pesantren Istiqomah bahwa tempat ini bukan seperti kos, tetapi tempat mengaji. Sehingga niat awal harus ditata. Lebih dari sekadar tempat beristirahat setelah kuliah, Pesantren Istiqomah mesti menjadi tempat memperdalam ilmu agama.

Hingga tahun 2012, pesantren ini belum mempunyai asrama, sedangkan santri yang bermukim harus tinggal di rumah kiai di lantai dua. Terbatasnya tempat membuat sebagian alumni pesantren harus mengurungkan niatnya untuk ikut tinggal dipesantren ini. Dan ada pula yang rela mengantri, yaitu menunggu ada santri yang boyong dari Pesantren Istiqomah, baru kemudian dia masuk.

Memasuki tahun 2013 bersamaan telah berjalannya Pendidikan Anak Usia Dini di pesantren ini, para santri akhirnya dapat menempati asrama baru. Pesantren yang berfokus dalam tahfidz Al Qur’an ini telah meluluskan para alumni yang juga hafal Al-Qur’an. Selain fokus pada tahfidz Al-Qur’an, pesantren ini juga mengkaji beberapa kitab kuning yang diampu oleh para dosen dan jajaran pengurus NU setempat. 

Tahun ini tiga santri dari pesantren yang rutin menggelar sima’an Al Qur’an tiap minggu dan sima’an  Qiro’ah  sab’ah  se-Jawa ini,  mewakili IAIN Surakarta dalam MHQ (Musabaqoh Hifdzil Qur’an) Putra dan putri dan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) di Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset Mahasiswa (Pionir) di Palu, Sulawesi Tengah.

Sehingga dalam hal ini diharapkan keberadaan pesantren di dekat perguruan tinggi dapat dijadikan wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri dalam menjalankan peran dan fungsi penting di dalam masyarakat, dan saat itu pula Pesantren dikatakan berhasil menjalankan tujuannya sebagai agen perubahan, yang mencetak mahasantri unggul dan berakhlakul karimah.


sumber: nu.or.id

Posting Komentar Blogger

 
Top