iklan

0
Startup Mulai Tak Sehat: Pembajakan dan Gaji Ketinggian
Foto: detikINET/Adi Fida Rahman
IZZAMEDIA.com, Jakarta - Punya pengalaman bertahun-tahun di dunia digital Tanah Air sejatinya modal yang cukup untuk mendirikan startup sendiri. Tapi Alamanda Shantika Santoso memilih jalur berbeda.

Setelah hengkang dari Go-Jek, Alamanda memutuskan bergabung dengan inkubator startup, Kibar Kreasi. Dengan kiprahnya selama ini, rasanya tidak sulit bagi dirinya membuat perusahaan sejenis, tetapi ia lebih memilih berkolaborasi.

"Saya berpikirnya, bila saya dan Yansen (Pendiri sekalgius CEO Kibar) berdiri masing-masing tidak akan sebaik bila berdiri bersama. Kolaborasi itu lebih kuat dari sendiri-sendiri," kata wanita yang kerap disapa Ala ketika ditemui di kantor Kibar di daerah Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (10/6/2016) sore.

Bergabungnya Ala ke Kibar tidak terlepas dari kesamaan visi keduanya. Mereka ingin membangun ekosistem startup Indonesia lebih baik. Ala melihat ekosistem startup mulai sedikit tidak sehat, terutama soal pembajakan karyawan. Kebanyakan muncul startup baru dan menawarkan gaji berlipat-lipat.

"Ini akan merusak range salary, lama-lama anak-anak startup mindsetnya hanya duit," keluhnya.

Ala mengkhawatirkan bila range salary makin tinggi ditakutkan akan menjadi startup bubble kayak dotcom bubble. Nasibnya akan seperti Yahoo yang tidak bisa membayar gaji karyawannya.

"Makanya saya mikirnya bagaimana kita bisa membangun ekosistem yang sehat. Saat buka web Kibar, ternyata salah satu visinya ekositem builder, akhirnya saya bergabung," papar wanita yang hobi membaca ini.

Startup Mulai Tak Sehat: Pembajakan dan Gaji Ketinggian
Startup Mulai Tak Sehat: Pembajakan dan Gaji Ketinggian Startup Mulai Tak Sehat: Pembajakan dan Gaji Ketinggian

Emang Gampang Jadi Nadiem?

Saat pindah kantor dari Kemang ke Menteng, Ala tidak merasakan perbedaan. Justru yang dirasakan sebaliknya.

"Amazing juga sih, banyak orang dari segala bidang di sini. Anak-anaknya semangat banget. Kaya ada satu visi gitu, membangun bangsa. Ini sama semangatnya dengan di Go-Jek," ujar Ala.

Soal peran barunya pun, sedikit banyak mirip di Go-Jek. Selama pekan pertamanya di Kibar, Ala telah melakukan observasi untuk menyiapkan apa saja yang akan dilakukannya ke depan, salah satunya penerapan pola kerja efektif.

"Di sini energinya tinggi banget, begitu pula semangatnya. Anak-anaknya juga kreatif. Itu tidak bisa dipungkiri. Tapi belum ada yang mengatur agar lebih efektif, di situlah saya akan membantu," jelas wanita kelahiran Jakarta ini.

Untuk program 1.000 Startup, Ala ingin memberi perspektif dari sisi praktisi. Saat ini dirinya tengah membentuk tim dan komposisi di dalamnya.

Bersama Yansen, ia coba mendemotivasi banyak pihak yang ingin terjun ke startup. Keduanya akan melempar pertanyaan soal niat dan keseriusan membuat startup. Sebab harus punya visi yang jelas, jangan hanya ingin punya kartu nama dengan jabatan CEO dan Founder, 

"Emang gampang mau kayak Nadiem? Emang Nadiem gampang mikirin mesti ngegaji ribuan orang. Itu yang harus kita tanemin, bukan karena lagi hits aja. Tapi memang punya purpose dan visi yang jelas. Jangan sampe kecemplung karena tren doang," tegas Ala.

Wanita berkacamata ini juga disibukkan dengan program FemaleDev untuk melahirkan Kartini digital lebih banyak lagi. (Detik.com)

Posting Komentar Blogger

 
Top