iklan

0
Kunci Pendidikan Itu Tak Hanya di Kurikulum
Ilustrasi suasana belajar di sekolah (Foto: Grandyos Zafna)
Jakarta - Belakangan ini marak kasus penganiayaan yang dilakukan oleh guru kepada murid atau murid kepada guru yang mencuat ke publik. Pengamat pendidikan Darmaningtyas menyebut fenomena itu terjadi karena banyaknya pengaruh dari lingkungan di luar sekolah.

"Pengaruh eksternalnya lebih banyak, tahun 80-an TV baru TVRI, tahun 90-an mulai muncul beberapa TV swasata dan sekarang sudah berapa, itu kan berpengaruh eksternal. Belum lagi lewat internet, HP, WhatsApp, semua itu menyampaikan informasi-informasi tidak terkontrol oleh orangtua," tutur Darmaningtyas saat berbincang Jumat (21/10/2016).

Dia menyayangkan saat ini banyak beredar konten-konten yang tidak edukatif dan dengan mudah diakses oleh anak-anak. Darmaningtyas menyebut kunci pendidikan pada anak bukan tergantung pada kurikulum di sekolah tapi juga orangtua dan pengaruh di luar lingkungan sekolah.

"Banyak informasi-informasi yang tidak terkontrol oleh orangtua. Kalau sebagai anak lihat misalnya gambar buah yang menyerupai penis atau yang lainnya kalau diterima anak-anak bagaimana. Kuncinya tidak hanya di kurikulum tapi justru di ekstrenal yang diluar kendali sekolah dan ortu itu berperan penting, apalagi 23 juta orangtua di indonesia pendidikannya SMP ke bawah," jelas dia.

Darmaningtyas menjelaskan kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada murid di kelas adalah perbuatan tidak patut. Kasus guru menampar dan mencubit muridnya di SD Negeri 4 Sawah Lama, Kota Bandar Lampung yang videonya viral di medsos menunjukkan bahwa guru tersebut tidak layak menjadi guru.

"Kalau itu gurunya belum memahami soal HAM, dia kompetensi sosial atau kompetensi akademiknya rendah. Kalau kompetensi akademiknya bagus, akademik sosialnya bagus dia pasti tidak akan membuat pernyataan seperti itu atau melakukan tindakan kekerasan itu. Kalau kasus ini saya kira gurunya tidak layak jadi guru," tegasnya.

Dalam video yang diunggah oleh akun Facebook bernama Farid Ari Fandi di grup publik bernama 'Gerakan Suara Hati untuk Anak', itu menunjukkan seorang ibu guru yang bertindak cukup keras terhadap murid-muridnya. Ibu Guru terekam mencubit dan menampar murid-murid SD.

Video ini terlihat direkam oleh seorang murid secara sembunyi-sembunyi dari jarak sekitar empat meja dari meja ibu guru. Di mejanya, guru perempuan berkacamata itu melakukan pencubitan dan penamparan ke wajah beberapa murid. Video itu memperlihatkan beberapa murid antre di depan meja guru. Satu per satu murid maju dan menyerahkan buku atau selembar kertas. Guru itu langsung mencubit dan menampar muridnya.

Sementara pada video yang diunggah oleh akun Facebook bernama Yvei Chapter RimboBujang pada Jumat (21/10/2016) menunjukkan seorang ibu guru berbaju batik biru korpri, berkerudung biru tua, dengan masker tergantung di leher. Bu Guru itu duduk di kursi dan mencoba mendudukkan siswa berseragam merah putih itu di kursi yang ada di depannya.

Namun siswa berumur sekitar 10 tahun itu berontak. Bocah ini tidak mau duduk dan memilih berdiri membusungkan dada di depan Bu Guru, seperti menantang. Belum diketahui waktu dan lokasi pengambilan video yang viral di media sosial ini. (Detik.com)

Posting Komentar Blogger

 
Top