iklan

0
Refleksi dari “To Do List”
Daya ingat pada saat menulis dirangsang dengan adanya gerakan tangan. Menulis juga mengizinkan Anda mencerna informasi sebelum dicatat.
To do list adalah daftar tugas-tugas yang harus dikerjakan pada suatu rentang waktu. Biasanya dibuat harian, mingguan, atau bulanan. Ini adalah bagian dari perencanaan.

To do list bisa dibuat untuk tim, atau untuk pribadi. Tentu saja daftar ini tidak harus dibuat dalam bentuk tertulis. Kita bisa saja mengagendakan pekerjaan-pekerjaan kita dalam memori otak kita, tanpa mencatatnya.

“To do list” bukanlah soal bentuk fisik catatannya, tapi substansinya, yaitu kita merencanakan untuk melakukan sesuatu pada suatu rentang waktu.

Nah, pernahkah Anda menganalisa isi “to do list” Anda? Sadarkah Anda bahwa “to do list” banyak mencerminkan siap diri Anda, dan bagaimana karakter Anda dalam bekerja?

Berikut beberapa hal yang bisa Anda pahami dari “to do list” Anda.

1. Tidak punya “to do list”, atau daftarnya kosong. Artinya Anda tidak punya rencana apapun. Anda tidak terbiasa hidup dengan perencanaan, atau memang tidak ingin mengerjakan apapun. Kok bisa? Mungkin Anda tidak peduli dengan hidup Anda.

Ada begitu banyak orang hidup tanpa tujuan, tanpa target. Hidup hanya mengalir, mengikuti bertambahnya waktu. Ia berharap pada kebetulan-kebetulan yang menghampirinya. Bila ada kebetulan yang menguntungkan, maka ia mendapat sedikit keuntungan. Bila tidak, ia akan menjadi pecundang seumur hidup. Saya berharap Anda tidak begitu.

2. Penuh dengan tugas-tugas kemarin, atau minggu lalu. Atau, penuh dengan tugas-tugas mendesak. Itu artinya Anda sering lalai dalam melaksanakan tugas, tidak patuh pada tenggat waktu. Besar kemungkinan karena Anda lambat dalam bekerja, atau Anda sering menunda pekerjaan. Anda adalah orang yang bermasalah dalam pengelolaan waktu.

Benahi sistem kerja Anda. Kerjakan tugas dengan cepat. Hentikan kebiasaan menunda.

3. Penuh dengan tugas dari orang lain. Artinya Anda seorang bawahan, atau seorang penunggu perintah. Anda belum jadi pengambil inisiatif. Anda menunggu tugas dibebankan oleh orang lain kepada Anda. Waktu Anda mungkin akan habis dipakai untuk melayani orang.

Biasakan untuk mengerjakan pekerjaan yang Anda anggap perlu untuk diselesaikan, sebelum diperintahkan. Biasakan berpikir untuk merumuskan tindakan yang akan Anda ambil. Jadilah orang yang penuh inisiatif.

4. Penuh dengan tugas-tugas rutin. Anda tidak melakukan tugas-tugas baru. Tapi pekerjaan saya memang hanya ini, rutin. Lalu, bagaimana Anda akan berkembang? Anda mau berada di tempat yang sama, mengerjakan hal yang sama, sampai mati? Tidak kan?

Maka sisipkan agenda-agenda pengembangan, agenda belajar dalam to do list Anda. Tetapkan target untuk belajar satu pengetahuan baru, satu keterampilan baru, setiap waktu. Setiap hari baca satu artikel, belajar satu keterampilan.

5. Isinya terlalu banyak. Mungkin Anda tidak bisa memilah mana yang penting dan mana yang tidak untuk ditempatkan dalam to do list. Atau, Anda tidak pandai menetapkan prioritas.

Ini juga bisa bermakna bahwa Anda bekerja sendiri, tidak dengan tim. Anda tidak pandai mendelegasikan tugas, berbagi beban. Anda membebani diri dengan pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan oleh orang lain.

Atau, sederhananya, Anda sedang dikerjai, baik oleh atasan mapupun rekan kerja.

Latihlah diri Anda untuk berbagi tugas, mendelegasikan pekerjaan. Bila bawahan atau rekan kerja tidak mampu melakukan tugas itu, latihlah mereka agar mampu. Dengan cara itu kosongkan sebanyak mungkin waktu Anda, agar Anda bisa mengambil inisiatif untuk melakukan pekerjaan yang lebih penting dan lebih besar. Juga agar Anda punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan diri.

Selamat menganalisa “to do list” Anda. (Kompas.com)

Posting Komentar Blogger

 
Top