iklan

0
Napoleon Bonaparte adalah penguasa Perancis yang menaklukkan Mesir. Dia bertanya, ‘Dimanakah markas orang Islam?” Orang-orang menjawab, “Di Mesir”. Maka bersama pasukannya, ia bergerak menuju Mesir. Setelah menaklukan Mesir, bersama penerjemahnya, ia menuju perpustakaan. Dia berkata kepada sang penerjemah, “Bacakan salah satu buku ini untukku.”

Si penerjemah mengambil salah satu buku di antara sederet buku yang ada, dan ternyata ia mengambil Alquran. Lembar pertama yang dibukanya, ia membacakan ayat ini  kepada Napoleon : “Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (Q.S. al-Isra : 9)

Napoleon terpesona dengan ungkapan Alquran tersebut. Ia keluar dari perpustakaan dan terus memikirkannya. Keesokan harinya, dia ke perpustakaan lagi. Dia meminta kepada penerjemahnya untuk membacakan buku itu kembali. Si penerjemah pun membacakan beberapa ayat dan mengartikannya. Setelah itu, Napoleon tenggelam dalam lamunan tentang Alquran itu.

Hari ketiga, dia kembali ke perpustakaan. Atas permintaan Napoleon, si penerjemah langsung membacakan beberapa ayat dan menerjemahkannya. Napoleon bertanya, ‘buku apa sebenarnya ini?’ Si Penerjemah menjawab, “Kitab ini milik orang Islam dan mereka berkeyakinan bahwa ia diturunkan dari langit kepada Nabi mereka. Kitab Ini bernama Alquran.”

Napoleon lantas berkomentar penting, yang membanggakan sekaligus membahayakan kaum muslimin. Napoleon berkata, “Aku telah belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan. Selama Alquran ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali kita pisahkan mereka dari Alquran.”

Itulah cita-cita Napoleon Bonaparte, yaitu ‘memisahkan umat Islam dari Alquran’. Dan dia berhasil. Akibatnya, kaum muslimin mundur dan mengalami kekalahan di seluruh dunia, ilmu pengetahuannya mengalami kemunduran, dan tingkah lakunya jauh dari etika islami. Cita-cita Napoleon dilanjutkan oleh Gladstone, salah seorang arsitek imperialisme Inggris. Gladstone membawa Alquran ke dalam gedung parlemen Inggris, dan sambil mengangkat Alquran dia berkata, “Selama orang-orang Mesir itu memegang buku ini di tangan mereka, kita tidak akan menikmati kedamaian di negeri ini”. Di Amerika seorang pendeta berencana membakar Alquran yang baginya berisi hal-hal yang membahayakan. Dan dari tempat lainnya diedarkan film “fitna” yang berisikan tafsiran visual yang menggambarkan ayat-ayat Alquran penuh dengan kekerasan.

Jadi, tujuan musuh-musuh Islam adalah menjauhkan umat Islam dari Alquran. Mengapa itu menjadi agenda penting mereka? Sebab, saat manusia dijajah, Alquran mengajak manusia untuk merdeka; saat manusia hidup dalam kebodohan, Alquran mengajak pada ilmu pengetahuan; saat manusia membunuh anak perempuan, Alquran mengajak menghormati para perempuan; saat manusia berbuat kezaliman, Alquran mengajak menegakkan keadilan; saat orang-orang kaya menindas orang-orang miskin, Alquran mengajak orang miskin mengambil bagian mereka dari orang-orang kaya; saat orang menjual belikan budak, Alquran memerintahkan membebaskan budak. Saat manusia sibuk mencari kenikmatan dunia, Alquran menyatakan agar umat Islam berdoa ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kehidupan baik di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.”

Alahmdulillah, ditengah usaha musuh-musuh Islam itu, sampai hari ini, Alquran tetaplah abadi di seluruh dunia. Bahkan di Indonesia, setiap tahun dirayakan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dari tingkat desa hingga tingkat nasional dan juga menjadi ajang internasional. Di Iran, Muhammad Husein Thabathabai, seorang anak berusia 5 tahun, diberi gelar Doktor karena berhasil menghapal Alquran beserta tafsirnya bahkan menjadikannya acuan dalam kehdiupannya sehari-hari. Ia dianggap mukjizat abd 21. Singkatnya, di seluruh dunia dari Maroko sampai Merauke, di pesantren-pesantren tradisional hingga perguruan-perguruan tinggi modern, jutaan umat Islam dengan tekun membaca, mengkaji, dan menghafal Alquran. Kita melihat di setiap belahan bumi, anak-anak belajar Alquran dan membacanya dengan suara merdu nan indah, para remaja yang dengan tekun menggali hikmah-hikmah Alquran, orang-orang tua yang mencium Alquran setelah membacanya, dan juga para cendekiawan Muslim yang tengah berjuang untuk membumikan Alquran. Kita berharap, generasi qurani akan menjadi idola di seluruh dunia.

Karena itu Nabi, keluarga dan sahabatnya selalu menganjurkan untuk belajar dan mengajarkan Alquran. Bahkan Nabi saaw, keluarga dan para sahabatnya seperti Usman bin Affan, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka’ab dan lainnya membagi Alquran menjadi tujuh bagian dan selalu selalu mengkhatamkan setiap minggunya. Bukan hanya sekedar membacanya, tetapi mereka juga menyelami kandungan maknanya, sehingga tak jarang membuat mereka mejadi takut saat membaca ayat siksa dan dipenuhi harapan saat menemukan ayat-ayat rahmat. Diceritakan bahwa Khalifah Umar bin Khattab pernah membaca Alquran yang berbunyi :

يَوْمَ تَمُورُ السَّماءُ مَوْراً   وَ تَسيرُ الْجِبالُ سَيْراً     فَوَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبينَ    الَّذينَ هُمْ في خَوْضٍ يَلْعَبُونَ 

 يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلى نارِ جَهَنَّمَ دَعًّا    هاذِهِ النَّارُ الَّتي كُنْتُمْ بِها تُكَذِّبُونَ

 “Pada hari ketika langit benar-benar berguncang. Dan gunung benar-benar berjalan. Maka kecelakaan besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Yaitu orang-orang yang bermain-main dengan kebatilan. Pada hari mereka didorong ke neraka jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka) inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.”(Q.S. at-Thur : 9-14)

Setelah membaca ayat tersebut, Khalifah Umar bin Khattab terguncang dan dipenuhi dengan ketakutan dan kengerian akan peristiwa kiamat. Dikabarkan beliau jatuh sakit hingga sebulan lebih. Begitulah, mereka membaca Alquran dengan menyelami kandungan maknanya sehingga seolah-olah sedang berbicara langsung dengan Alquran dan menyaksikan setiap peristiqa yang disampaikannya. Rasululah saaw bersabda, “Keutamaan Alquran atas seluruh pembicaraan seperti keutamaan Allah atas seluruh ciptaan-Nya.” Beliau saaw juga bersabda, “Siapa yang menginginkan pengetahuan orang-orang terdahulu dan akan datang, maka hendaklah dia menggali dan merenungi isi kandungan Alquran.”

Kepada para penghapal Alquran, Rasulullah saaw bersabda, “Para penghapal Alquran, mereka adalah orang-orang yang diliputi oleh rahmat dan berbusana dengan cahaya Allah”. Dan Imam Ali as berkata, “Pelajarilah kitab Allah, sesungguhnya ia adalah sebaik-baik pembicaraan dan nasehat terhebat. Pahami isinya, sebab ia dapat menyejukkan hati, carilah obat dengan cahayanya sebab ia mengobati apa yang ada dalam hati, dan perindahlah dalam membacanya, sungguh ia merupakan cerita terbaik.” (Ensiklopedi Mizan al-Hikmah jilid 3, hal. 517-533)

Kemudian di dalam Nahjul Balagah, Imam Ali bin Abi Thalib yang merupakan pintu ilmu kenabian menyebutkan tentang keutamaan membaca Alquran sebagai berikut :

“Ketahuilah bahwa Alquran ini adalah pemberi nasehat yang tidak akan memperbayai, pemberi petunjuk yang tidak akan menyesatkan, dan pembicara yang tidak akan pernah berbohong. Siapa saja yang menekuni Alquran, maka akan terjadi hal pada dirinya, yaitu penambahan dan pengurangan. Yakni, bertambahnya hidayah dan berkurangnya kebodohan pada dirinya. Dan ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun yang setelah mempelajari Alquran akan mengalami kesulitan, dan tidak seorangpun sebelum mempelajari Alquran akan merasa berkecukupan. Jadikanlah Alquran sebagai penawar sakit bagimu, dan mintalah pertolongan kepadanya. Sesungguhnya dalam Alquran terdapat penawar penyakit bagi sakit yang paling parah sekalipun, seperti kufur, nifak, pembangkangan dan kesesatan. Mohonlah kepada Allah swt dan menghadaplah kepada-Nya dengan penuh rasa cinta.”

Apa saja rupanya isi kandungan Alquran sehingga dikatakan Imam Ali berkata di atas bahwa siapa saja yang menekuni Alquran, maka akan penambahan dan pengurangan. Yakni, bertambahnya hidayah dan berkurangnya kebodohan pada dirinya?

Dengan meneliti, kandungan tekstual dan kontekstual Alquran, para ulama telah merumuskan pokok-pokok isi Alquran yang mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia. Tidak mungkin kita mengulas  semuanya. Tetapi, beberapa pokok utama isi Alquran yang dapat disebutkan adalah :

Dasar-dasar akidah (ushuluddin) seperti ketuhanan, kenabian, hari akhir, keadilan, kepemimpinan, takdir, dan rincian-rinciannya yang dianggap sesuai.

Hukum-hukum syariat mengenai peribadatan ritualis antara manusia dan Allah (hablum minallah) sepeti seperti salat, puasa, zakat, haji, jihad, amar ma’ruf nashi munkar, sedekah, doa, dan semua ibadah lainnya.
Pokok-pokok akhlak yang menjelaskan diantaranya tentang kebaikan dan kejahatan, keharusan menjaga kebersihan diri, kesucian jiwa, dan menghilangkan segala jenis kekotoran hati agar memiliki pancaran cahaya ilahi, mejelaskan sifat-sifat buruk dan baik, serta jalan-jalan menuju kesempurnaan insani.

Prinsip-prinsip hidup berkeluarga seperti pernikahan, perceraian, harta warisan, pengurusan anak, dan lainnya.

Tentang sejarah-sejarah para Nabi dan umat-umat-Nya, serta sejarah bangsa-bangsa di dunia yang menjadi penyebab kemajuan dan kehancurannya.

Ontologi umum yang meliputi kajian tentang alam semesta dan fenomenanya.

Antropolgi yang meliputi penciptaan manusia, ruh dan potensi-potensi jiwanya, martabat dan kemuliaan manusia, hak dan keajiban, tanggungjawab, kebebasan, karakter, watak, dan berbagai hukum-hukum kemanusiaan yang berdimensi individu, sosial, dan posisi lainnya baik didunia maupun di akhirat.
Ma’rifah atau pengetahuan yang dapat diperoleh baik dengan jalan biasa (seperti ilmu pengetahuan ilmiah) maupun luar biasa (seperti ilham dan wahyu).

Prinsip-prinisp kemasyarakatan, seperti hukum perdata, hukum pidana, hukum ekonomi, hukum pengadilan, hukum internasional, dan aturan-aturan politik lainnya.

Tentang Alquran itu sendiri yang meliputi diantaranya keutamaannya, karakteristiknya, cara dan tujuan diturunkannya,  keajaibannya, keabadiannya, dan gaya bahasanya.

Dengan pokok-pokok kandungannya itu, maka jelaslah Alquran merupakan kalam ilahi yang ditujukan untuk manusia. Alquran memiliki “bacaan yang tersurat, makna yang tersirat, serta kandungan yang tersuruk”. Karenanya, sebagai manusia kita dituntut membacanya, menghafalnya, mempelajari dan mengkajinya, serta  merenungi beragam kandungannya. Inilah kitab ‘yang bagian luarnya sangat indah dan bagian dalamnya sangat dalam’, kata Imam Ali as. Anaknya, Imam Husein pernah berujar, “Alquran memiliki empat dimensi, yaitu dimensi ibaratnya untuk orang awam, dimensi isyaratnya untuk orang khusus, dmensi kelembutannya untuk para auliya (wali-wali Allah), dan hakikatnya untuk para nabi”.

Dengan semua itu, sekarang kita bebas memilih, mengikuti nasehat Rasulullah saaw, ‘Siapa yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan tentang masa lalu dan masa depan, maka bacalah Alquran!”, atau mengikuti nasehat Napoleon, yaitu ‘pisahkan mereka dari Alquran.’ (CR/liputanislam.com)

Posting Komentar Blogger

 
Top