iklan

0
Semarang, 14 Februari 2014

Hari ini, Februari tanggal 14. Nesya menimang kartu mungil merah jambu di tangannya. Baru saja ia mendapatkan kartu itu dari seorang sahabatnya. “Nesya, dapat kiriman dari Ryan nih. Cie..cie…cie, “ kata Dhea, sahabatnya Nesya sekaligus sepupunya Ryan saat menyerahkan kartu itu. Ini keempat kalinya ia menerima kartu sejenis dan terkadang sepucuk surat dari Ryan, bekas teman se-SMA-nya, yang kini kuliah di Jakarta. 

Dulu, beberapa tahun silam, saat ia masih SMA, Nesya merasa suka tatkala menerima kartu-kartu ucapan atau surat semacam itu. Dan seperti teman-temannya yang lain, ia pun memamerkannya pada pesta yang diadakan kemudian pada tanggal 14 Februari. Pesta Valentine yang diadakan bersama teman-teman sekolahnya. Saling bertukar kado, kartu ucapan kasih sayang, sampai ada yang berani ‘nembak’ orang yang menjadi target cintanya. Astaghfirullah…Tapi kini…

Nesya membetulkan letak kerudung yang sejak setahun ini lekat menutup rambutnya. Beberapa waktu berselang, ia pun mulai mengenal Valentine dari sisi yang lain. Ternyata Valentine bisa membahayakan akidahnya. Dalam hati ia berharap, semoga Ryan dan teman-teman yang lain bisa juga mengerti seperti yang dipahaminya kini. 


Perlahan Nesya melangkah. Ia istighfar, menyesali masa jahiliyah yang sempat dilewatinya. Matanya kembali menatap kartu merah jambu di tangannya. Dengan pelan namun pasti, dirobeknya kartu yang tak sempat dibukanya itu menjadi beberapa keping. Melewati tempat sampah di ujung koridor kelas, dibuangnya sobekan-sobekan kertas di tangannya itu. Kemudian Nessya melanjutkan langkahnya…

Roma, 14 Februari 269 M

Di ruang tahanan yang sempit dan pengap, seorang lelaki menatap kosong pada cakrawala. Terbayang lagi peristiwa beberapa hari lalu ketika jubah kehormatan masih melekat di tubuhnya. Di saat itu, ia baru saja memberkati pernikahan sepasang remaja, ketika secara mendadak timbul kericuhan di sekitar jemaahnya. 
Sesosok tubuh tegah nan gagah menuduhnya telah melanggar aturan pemerintah. Serta merta ia diseret keluar oleh tentara kerajaan dan dihadapkan pada Raja Cladius II. Vonis pun jatuh! Santo Valentino, pendeta itu dianggap telah menghina Raja karena menikahkan pasangan remaja. Padahal Sang Raja melarang adanya perkawinan pasangan muda, karena dia menganggap tentara yang belum menikah akan lebih berprestasi di medan tempur.

Suatu hari di Roma, ada keramaian di lapangan kota. Seorang laki-laki berbaju kusam digelandang dengan kasar oleh tentara kerajaan. Sebuah kain hitam menutup mukanya. Sementara seorang algojo telah bersiap menghunus pedangnya. Yah, Santo Valentino harus mempertanggungjawabkan kesalahan dengan lehernya. 14 Februari 269 M. keindahan musim semi ternoda oleh darah sang pendeta karena membela cinta kaum muda.

Valentine, Hari Kasih Sayang

Remaja mana sekarang yang tak mengenalnya? Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari Valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.
Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.

Semangat Valentine adalah Semangat Berzina 

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.

Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.

Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. 

Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang. Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya.
Di dalam kitab suci Al Qur’an, Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.

Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)

Islam Bicara Kasih Sayang

“Sesungguhnya kasih sayang itu cabang (penghubung) kepada Allah SWT. Barang siapa yang menyambungnya,maka Allah akan menyambung (kasih sayang-Nya) dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutus (kasih sayang-Nya) dengannya.” (HR. Bukhori)


Islam agama penuh dengan kasih sayang. Mewujudkan kasih sayang pada diri sendiri, serta memberikan kasih sayang kepada siapa dan apa yang ada disekeliling kita adalah ibadah. Dan itulah bagian dari sifat dan jati diri orang muslim.

Hanya saja, ada tingkatan sayang dalam Islam. Tingkatan tertinggi adalah sayang / cinta pada Allah SWT lalu Rosulullah SAW.

”Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah yang kamu sukai, adalah lebih utama daripada Allah dan Rosul-Nya dan berjihad di jalan Allah, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah:24)

Secara garis besar, objek kasih sayang dalam Islam adalah:

1. Sayang kepada Allah SWT

Mewujudkan rasa sayang atau cinta kepada Allah SWT dalam diri seorang muslim adalah suatu keniscayaan. Karena tidak akan sempurna ibadah seseorang kepada Allah SWT bila tidak ada rasa cinta di dalamnya. 

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah …” (QS.Al-Baqoroh: 165)

2. Sayang kepada Rosulullah SAW

Mencintai Rosulullah SAW merupakan bagian dari keimanan.
Anas berkata, Rosulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna iman kalian sampai aku lebih dia cintai daripada dirinya, orang tuanya, anaknya dan manusia lain keseluruhan”. (HR. Bukhori dan Muslim)

3. Sayang kepada sesama

Jarir bin Abdullah berkata, Rosulullah bersabda, “Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia lainnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun yang termasuk sayang kepada sesama adalah:

a. Sayang kepada orang tua

Abu Hurairoh berkata: “Ada seorang laki-laki datang ke Rosulullah, lalu bertanya, Wahai Rosulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan sebaik mungkin? Rosulullah bersabda, Ibumu. Lalu ia bertanya, lalu siapa? Beliau menjawab, ibumu. Ia bertanya, lalu siapa lagi? Ibumu, jawab Rosulullah. Ia bertanya lagi, lalu siapa? Bapakmu, jawab beliau. (HR. Bukhori)

b. Sayang kepada suami atau istri

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS.Ar-Rum:21)

c. Sayang kepada saudara

Anas berkata: Rosulullah bersabda,” Tidak sempurna iman kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagai mana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhori)

d. Sayang kepada anak

Abu Hurairoh berkata: “sewaktu Rosulullah mencium Husain bin Ali, di dekatnya ada sahabat yang sedang duduk, bernama al-Aqro bin Habis at-Tamimi. Al-Aqro berkata, saya telah mempunyai 10 anak, tapi saya tidak pernah mencium satupun dari mereka. Rosulullah memandanginya, lalu bersabda,” Barang siapa yang tidak punya rasa kasih sayang, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhori)

e. Sayang kepada tetangga

Said bin Abi Syuraikh berkata: Rosulullah bersabda, “Demi Allah, ia tidak beriman. Allah, ia tidak beriman. Allah, ia tidak beriman. Ada yang bertanya, siapakah yang Anda maksud wahai Rosulullah? Rosulullah menjawab, Orang yang tetangganya merasa tidak nyaman dari kejahatan dan keburukannya.” (HR. Bukhori)

f. Sayang kepada teman

Anas bin Malik berkata: “Aku pernah duduk di sisi Rosulullah, lalu lewatlah seorang laki-laki. Ada laki-laki lain dari suatu kaum yang berkata, Wahai Rosulullah, sungguh aku sangat mencintai (menyayangi) laki-laki itu. Rosulullah bertanya, Apakah kamu telah memberitahukan hal itu kepadanya? Laki-laki itu menjawab, Belum. Rosulullah bersabda, Berdirilah, dan beritahukanlah kepadanya. Maka laki-laki itupun berdiri menghampirinya, ia berkata, Wahai saudaraku, demi Allah, aku mencintaimu karena Allah. Lalu orang tersebut menjawab, Semoga Allah juga mencintaimu karena kamu mencintai karena-Nya.” (HR. Ahmad, no.1198)

4. Sayang kepada hewan

Abu Hurairoh berkata: Rosulullah bersabda,”pernah ada sorang laki-laki dalam perjalanan, ia merasa sangat haus. Kemudian ia bertemu sumur dan turun ke dalamnya, ia minum air sumur lalu keluar. Tiba-tiba ada anjing yang menjulurkan lidahnya, mengendus  tanah karena kehausan. Ia berkata dalam hatinya, anjing ini mengalami apa yang tadi aku alami. Lalu ia (turun ke sumur lagi) memenuhi sepatu kulitnya (dengan  air), lalu ia gigit dengan mulutnya lalu keluar, selanjutnya ia memberi minum anjing tersebut. atas perbuatannya itu, Allah bersyukur padanya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya, wahai Rosulullah, apakah kita akan mendapat pahala jika menolong hewan? Beliau bersabda, “Kebaikkan kepada setiap yang punya hati (makhluk hidup) ada pahalanya” (HR. Bukhori dan Muslim)

5. Sayang kepada tumbuhan

Pesan Abu Bakar ra. Kepada pemimpin pasukannya, Yazid bin Abu Sufyan:
Dan aku berwasiat kepadamua 10 hal. ” janganlah kalian membunuh wanita, bayi atau orang tua lanjut usia. Dan janganlah kamu memotong pon yang sedang berbuah. Dan janganlah kamu merusak gedung atau bangunan. Dan janganlah kamu membunuh camping atau onta kecuali untuk di makan. Dan janganlah kamu membakar lebah atau menenggelamkannya. Dan janganlah kamu korupsi, Dan janganlah kamu berkhianat.” (HR. Malik)

6. Sayang kepada lingkungan

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A’raf: 56)

Jika diperhatikan, konsep kasih sayang dalam Islam lebih lengkap dan komplit. Sehingga kita tidak perlu lagi konsep kasih sayang dari agama atau ajaran filsafat kepercayaan lain. Jika kita benar-benar mempraktikkan ajaran Islam secara kaffah (integral/menyeluruh), maka kita akan merasakan besarnya kasih sayang dalam diri kita, dan orang lainpun merasakannya kenikmatan kasih sayang yang menjadi bagian dari ajaran Islam. 

Wallahu’alam bishowwab

[Keisya Avicenna_dari berbagai sumber dan inspirasi]




Author : NORMA KEISYA AVICENNA. Penulis, Pengarang Buku. "The Secret of Shalihah". Alunmi UNS (Universitas Negeri Sebelas Maret). fb : Norma blog : http://www.keisyaavicenna.com/


Posting Komentar Blogger

 
Top