JAKARTA, izzamedia.com -
Anggota Komisi I DPR Salim Mengga, menyatakan, pembelian pesawat tempur
Sukhoi Su-35 buatan Rusia untuk mengimbangi kekuatan pertahanan udara
nasional.
"Pembelian Sukhoi Su-35 untuk memperkuat pertahanan kita, untuk
mengimbangai kekuatan angkatan udara negara-negara tetangga," kata
Mengga, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (10/9/2015).
Purnawirawan TNI AD itu menyebutkan, Malaysia sudah memesan pesawat
tempur F-35 Lighting II buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat, atau
Sukhoi Su-35. Begitu juga dengan Singapura dan Australia yang telah
membeli F-35. Bahkan, Australia sudah datang sebanyak 58 unit F-35.
Yang masih misterius adalah proses pengadaan Sukhoi Su-35 itu oleh
pemerintah, mulai dari pengumuman permintaan informasi kepada pabrikan,
permintaan spesifikasi, proses tender, pengujian, hingga keputusan
penentuan pemenang tender.
Saat Angkatan Udara India membeli pesawat tempur Dassault Rafale dari
Prancis, semua proses itu diungkap kepada publik dalam batas tertentu.
Kompetisi dibuka untuk semua pabrikan dengan cara yang jujur dan
terukur, sampai akhirnya 178 unit Dassault Rafale dibeli India, dengan
hanya 28 unit dibuat di Prancis dan sisanya di India sebagai bagian
utama dari proses transfer teknologi.
Saat Sukhoi Su-27/30MKI dibeli Indonesia, Rusia melalui
Rosoboronexport juga sempat menyatakan keinginannya untuk menerapkan
transfer teknologi kepada Indonesia.
Namun sampai kini publik tidak mendapat informasi pasti tentang hal
ini dari Rusia sebagai penjual pesawat tempur itu ataupun dari militer
Indonesia sebagai operator.
"Kita harus tingkatkan pertahanan kita untuk mengantisipasi konfik di
kawasan Asia Tenggara, termasuk di Laut China Selatan," kata politisi
Partai Demokrat itu.
Pembelian Sukhoi Su-35 asal Rusia itu dikarenakan tidak serumit saat membeli pesawat tempur dari Amerika Serikat.
"Kita cari arsenal yang resikonya rendah. Misalnya kita beli F-16,
tapi dalam perjanjiannya kita tidak boleh digunakan untuk keamanan dalam
negeri, terus untuk apa?" katanya.
"Jadi kita cari syaratnya yang ringan. Dengan Rusia tidak banyak
resikonya. Kita pernah rasakan embargo, kita beli 25 unit, yang bisa
dioperasikan hanya lima. Jangan kita ulangi lagi," kata Mengga.
Ia menambahkan, dengan diperkuatnya angkatan udara dengan mempunyai
pesawat tempur Sukhoi Su-35, tentunya akan membuat negara lain akan
memperhitungkan Indonesia.
"Kita harus waspada, kalau kita lemah, bahaya bagi NKRI," kata dia.
Mantan komandan Pusat Kavaleri TNI AD itu menyebutkan, pengurangan
anggaran Kementerian Pertahanan akan berdampak besar bagi Indonsia.
"Ini sangat ironis anggaran pertahanan dikurangi. Saya kira
penambahan anggaran harus diperjuangan untuk mencapai standar minimun
agar bisa imbangi negara-negara tetangga. Kalau tidak, kita tidak akan
berani dengan negara tetangga," sebutnya.
Oleh karena, kekuatan militer mutlak diperlukan meskipun Indonesia kuat dalam diplomasi.
"Kalau kita lelat, dalam waktu 10 tahun ke depan kita tertinggal
dibanding negara lain, meskipun kuat diplomasi. Kekuatan militer mutlak
buat kita, tidak bisa diabaikan," kata Mengga.
sumber: antaranews.com
Posting Komentar Blogger Facebook