iklan

0

Oleh Auni Shadiq*

Badan intelijen Israel  menyebut di tahun 2015 akan banyak ancaman. Namun istilah ancaman ini tidak lebih dari sekadar karena Israel  adalah entitas yang menebar permusuhan di kawasan Timur Tengah dan selalu merencanakan tindakan permusuhan, tentunya terhadap Palestina secara khusus.

Di harian Yediot Aharonot (26/12) koresponden militer Alex Fixman mengatakan, pihak badan intelijen mengklaim bahwa tidak mungkin dalam situasi Arab saat ini untuk membuat prediksi setahun penuh dan yang ada hanya dokumen. Katanya, di Timur Tengah tak ada lagi sponsor dan pemandu dari dunia internasional, satu pihak yang mengatur perimbangan dan menciptakan kerjasama dunia dan menciptakan stabilitas di kawasan. Dokumen itu mengisyaratkan, pengaruh dan peran Amerika bersama sekutunya melemah. Kerusuhan dan konfrontasi terbuka dan perang di Suriah dan Irak, tidak jelasnya (tidka bisa diprediksi) sikap Iran dan Libanon serta Hezbollah.

Namun titik terang yang dilihat dokumen intelijen militer Israel adalah hancurnya negara-negara Arab kebangsaan; Libia akan menjadi tiga negara, Sudan sejak 2014 sudah menjadi dua, Suria, Irak dan Yaman menjadi terpecah-pecah. Menurut Israel kondisi ini sangat ideal untuk melakukan serangan sebab tidak ada di antara negara Arab yang utama dan ditakuti. Namun dokumen Israel  tidak menyebut Mesir. Unsur yang membuat Israel  resah adalah ISIS di kawasan, dan jika sudah stabil aksi jihadnya akan berlanjut ke Israel.

Untuk kasus Palestina, dokumen intelijen Israel sedang mengamati gerak-gerik Mahmud Abbas dan proyeknya ke PBB untuk mengakhiri penjajahan. Jika berhasi maka ini akan menimbulkan kerusuhan. Karena itu Israel  meminta kepada Amerika menghadang langkah Palestina ke PBB. Dari sini ketegangan hubungan antara Israel  dan Otoritas Palestina saja mulai memanas, apalagi dengan Hamas. Sementara kepemimpinan Israel  yang akan dikendalikan oleh kanan ekstrim akan semakin brutal sehingga politik pembangunan pemukiman Yahudi, tindakan rasis akan semakin kuat. Kondisi ini akan mengantarkan kepada ledakan perlawanan di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Intelijen Israel  juga memperkirakan aksi baku tembak dan bentrokan di Tepi Barat dan Al-Quds timur akan terus berlanjut, namun tidak sampai kepada meletusnya Intifada III. Namun Hamas di Tepi Barat diprediksi akan tetap menjadi musuh bersama bagi Otoritas Palestina dan Israel.

Di Jalur Gaza, intelijen Israel  memprediksi, Hamas tidak akan berfikir mau memulai perang sampai kondisinya pulih pasca agresi Israel  ke sana. Namun Hamas yang tidak berfikir perang tak menjadi syarat adanya konfrontasi. (at/Elkhalej Emirat/infopalestina.com)

Posting Komentar Blogger

 
Top