Warga Mesir dan warga dunia pada umumnya, terpecah dalam menyikap tragedi kudeta yang disusul pembantaian Rab'ah-AnNahdhah-Masjid Al-Fath Ramses-Dajla-hingga penyerangan militer terhadap demonstran mahasiswa damai di asrama Universitas Al-Azhar. Paling tidak ada 4 tipe manusia seputar tragedi Mesir;
1. Pendukung/Kader/Simpatisan Ikhwanul Muslimin.
Mereka adalah hampir merata di seluruh lapisan masyarakat Mesir. Ratusan tokohnya telah mengisi penjara. Untuk menampung tapol-tapol Ikhwan, pemerintah kudeta terpaksa harus membangun penjara baru dengan kapasitas ratusan ribu per penjara. Disamping itu beberapa resedivis kriminal dikeluarkan dan digantikan dengan tapol-tapol Ikhwan.
Hingga menginjak bulan ke-6, kader-kader Ikhwan tak mengenal putus asa dan tetap satu komando; Gerakan damai mengalahkan peluru ataupun tank baja. Ribuan orang telah syahid. Namun tak ada suara yang menyalahkan gerakan damai yang diserukan Mursyid Ikhwan. Militansi kader-kader Ikhwan di Mesir malah semakin berada di atas puncaknya. Mereka menyadari pesan Imam Hasan Al-Banna, "Akan menimpa kalian masa tajribah (praktik nyata), di saat itu kalian ditangkapi, diburu, dipenjarakan, hingga dibunuh dan harta kalian disita, kehormatan kalian dinistakan."
2. Pendukung Konstitusional, AntiMursi (Ikhwan), dan AntiKudeta.
Kelompok ini adalah orang-orang yang dahulu mengkritisi Mursi dan awalnya bergabung dengan gerakan Tamarrud (pembangkangan/anti Mursi). Namun setelah 6 bulan kudeta, kondisi Mesir malah berada di ambang kehancuran. Kudeta tidak menghargai seseorang, selain atas dasar ketundukan mutlak untuk membenarkan apapun yang dilakukan mafia kudeta. Mereka antiMursi dan antiIkhwan, namun mereka tak mengira militer pun menghabisi siapa saja yang menolak kudeta. Tipikal kelompok ini adalah tipikal idealis dan humanis murni. Mereka mengkritisi Ikhwanisasi pemerintahan, namun menolak juga kembalinya militer di tampuk kekuasaan. COntohnya adalah Dr. Ishom Sulthan, pimpinan Partai Al-Wasath atau DR. Abul Futuh yang tak mengira kudeta tak menyisakan selain pembunuhan, darah, dan friksi.
3. Kelompok Humanis.
Kelompok humanis adalah kelompok yang tidak memiliki kepentingan selain isu-isu humanisme. Mereka bukan Ikhwan. Tapi tidak membenarkan hilangnya nyawa hanya karena perbedaan pilihan politik. Bagi kelompok ini, cukup menjadi manusia untuk menolak tindakan zhalim yang terorganisir, massif, dan terstruktur. Mereka membandingkan, era Mursi adalah era paling humanis. Tak ada satupun tawanan politik. Bahkan semua orang bebas mengekspresikan pendapatnya, selama tidak merugikan orang lain. Malah Presiden Mursi sendiri seringkali menjadi sasaran aktivitas negasi yang agitatif.
4. Kelompok yang lebih kejam dari binatang.
Kelompok ini adalah pihak-pihak yang merekayasa dan mendesain kudeta hingga aksi pertumpahan darah. Setelah ditelisik para desainer kudeta adalah orang-orang yang memiliki catatan moralitas yang cacat dan sepatutnya tidak layak menyandang julukan-julukan yang menyilaukan di hadapan manusia.
Kelompok ini seakan telah tercerabut mata hati dan melangkahi teori-teori ilmu yang standar minimal pun sebagai manusia biasa.
Namun melihat konsistensi dan kualitas aksi damai yang sekarang dikomandoi kaum muda Ikhwan, nampaknya pemerintahan kudeta tak akan bertahan lama. Seandainya Saudi-Kuwait-Emirat menghentikan bantuan hutangnya, niscaya pemerintahan kudeta telah colaps. Melihat demonstran yang tidak mengenal takut, Kongres AS menampakkan diri sebagai "otak" kudeta terhadap Presiden Mursi. Kongres AS mengabulkan bantuan militer kembali terhadap Mesir, setelah sebelumnya ditangguhkan.
Mesir kembali mengajarkan, manusia yang bukan manusia, ternyata lebih jahat dari binatang. Wallahu A'lam.
By:Nandang Burhanudin
*****
Posting Komentar Blogger Facebook