iklan

0
(ilustrasi)
Harus diakui bahwa Jokowi adalah tokoh yang paling fenomenal saat ini, sangat populer dan banyak di cintai oleh masyarakat. Keberhasilannya di solo menjadi pemimpin yang bisa mengayomi warganya ternyata membuat masyarakat Jakarta jatuh hati dan menjatuhkan pilihan kepada beliau sebagai Gubernur DKI Jakarta. Suara yang tinggi dalam pilkada Jakarta yang di dapatkan Jokowi adalah sinyal ekspektasi warga Jakarta yang tinggi terhadap beliau untuk membangun Jakarta.

Bagi saya Jabatan Gubernur yang sekarang di emban Jokowi bukanlah Hak tapi Kewajiban. Beliau di pilih langsung oleh rakyat untuk menjadi Gubernur selama 5 tahun. Karena sebuah kewajiban maka sudah barang tentu di tuntaskan sesuai dengan janji-janji kampanyenya. Program dan Janji-janji kampanye Jokowi sangatlah banyak, dua masalah penting Banjir dan Macet menjadi perhatian publik untuk mengukur kinerja Gubernur.

Namun sekarang, Kedewasaan Berpolitik Jokowi dan Simpatisannya sedang di Uji. Di berbagai survey menempatkan Jokowi sebagai Capres terfavorit bahkan ada yang merilis hingga 30%. Di tambah lagi elektabilitas PDIP yang sedang meroket hingga lebih 20%. Dengan melihat perkembangan politik saat ini, sepertinya PDIP akan mengusung kadernya sendiri untuk diajukan sebagai Capres.  Apakah Jokowi akan tergoda menuju Istana? inilah ujian kedewasaan berpolitik, menyelesaikan tugas, atau meraih jabatan yang lebih tinggi.

Tentu saja berbeda di saat beliau menyebrang dari solo ke Jakarta. Saat mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta, Beliau memang masih menjadi walikota solo. Namun ingat beliau sudah menjadi jadi walikota solo 7 tahun. Artinya sudah banyak karya yang di hasilan di Kota Solo dan masyarakat merasakan. Sedangakn sekarang di Jakarta belum genap 5 tahun dan masih banyak program yang belum terlaksana.

Politisi yang memiliki Kedewasaan berpolitik tentu saja akan menempatkan daulat rakyat dan janji politik lebih tinggi di bandingkan dengan ambisi pribadi dan kelompok. Apabila janji politik belum tuntas tentu pantang baginya untuk menjadi kutu loncat mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. Saya sangat heran, di tengah Jakarta yang masih banyak persoalan terturama saat banjir sekarang ini, kok masih punya niat untuk menjadikan beliau sebagai Capres. bahkan sudah ada deklarasi capres Jokowi di Jawa Tengah di saat bersamaan warga Jakarta berjuang melawan banjir. Etiskan? Dewasakah?

Saya pernah membaca salah satu tulisan simpatisan Jokowi, “Kalau menjadi Presiden, Banjir Jakarta Tuntas”. Saya berfikir, apa jaminannya, sedangkan saat menjadi Gubernur DKI saja yang fokus urusi Jakarta belum mampu tuntaskan banjir, apalagi nanti menjadi Presiden dengan tugas yang lebih banyak. Menjadi Presiden adalah menjadi pemimpin bangsa Indonesia bukan hanya DKI.

Bersabarlah Jokowi, PDIP dan para simpatisan, tunggulan lima tahun lagi dan fokuslah bekerja. Optimislah 5 tahun lagi Jakarta lebih baik dan tidak ada lagi yang mampu mendebat anda semua bahwa Jakarta telah berubah. Disaat itu pula rakyat Indonesia tanpa di minta akan memilih anda menjadi Presiden

Author : Arif Eka Atmaja, Aktifis KNPI, Pengusaha, KAMMI kompasianer.

Posting Komentar Blogger

 
Top